Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Curhat An Se-young dan Senioritas di Banyak Tempat

16 Agustus 2024   08:55 Diperbarui: 16 Agustus 2024   09:08 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

An Se-young, peraih medali emas bulu tangkis tunggal putri Olimpiade 2024 buka suara. Dia bilang bahwa diminta seniornya untuk mencuci baju dan merapikan kamar selama 7 tahun. Senior di mana? Kemungkinan senior di pelatnas Korea Selatan.

An Se-young benar. Bahwa dia mengungkapkannya ketika jadi sorotan. Dia mengungkapkannya setelah jadi pahlawan karena mendapatkan medali emas. Dia berada di posisi yang cukup bagus untuk membongkar penyakit senioritas itu.

Sebenarnya, penyakit senioritas itu tidak hanya dialami An Se-young. Tidak hanya di dunia olahraga. Tapi di banyak segi kehidupan. Menghormati senior tentu harus. Tapi ketika junior diperlakukan berlebihan, saya pikir juga bermasalah.

Itu banyak terjadi di banyak segi kehidupan. Pernah kan lihat ada junior disuruh membuat kopi atau the di perusahaan? Padahal itu bukan bagian kerjanya. Yang nyuruh ya yang senior. Sebuah potret buruk yang harus diberantas. Disuruh kerja sesuai jobdes, malah disuruh buat minuman.

Belum lagi di lorong dunia pendidikan atau di kos yang tak memiliki induk semang. Praktik senioritas bisa sangat luar biasa terjadi. Ada kalanya yang junior harus menunggu memakai kamar mandi. Yang senior didahulukan.

Jika di kamar mandi sudah ada handuk senior, maka yang junior tidak boleh mandi. Padahal si senior hanya menaruh handuk dan sengaja tak cepat mandi. Seperti itu pernah ada di dunia.

Memang benar-benar parah. Kalau acara tertentu di sebuah organisasi, ada senior yang datang ketika acara puncak. Kerjanya hanya marah-marah dan menghardik, setelah itu tertawa puas. Hal itu terjadi dan saya melihat dengan mata kepala sendiri.

Fenomena senioritas itu justru kemudian akan jadi masalah yang mengakar. Mereka yang dulu jadi junior dan kemudian jadi senior, akan melampiaskan kejengkelannya dengan junior selanjutnya. Terus berlanjut seperti itu.

Harusnya, institusi pendidikan, olahraga, atau organisasi profesi, harus mengikis habis senioritas yang berlebihan tersebut. Sebab, bukan tidak mungkin mereka yang mentalnya tak kuat, bisa berbuat hal yang tidak diinginkan.

Institusi pendidikan, olahraga, organisasi profesi, dan semacamnya, harus jadi garda terdepan untuk melawan senioritas yang parah. Kalau tidak, senioritas yang parah dan tersembunyi itu, akan melawan dengan junior yang melawan dan tersembunyi. Itu bisa jadi perang luar biasa di banyak segi kehidupan. Dan itu tidak menyehatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun