Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Sepak bola Argentina

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Siasat Bolivia: Ubah Kandang ke Daerah yang Lebih Tinggi

6 Agustus 2024   05:18 Diperbarui: 6 Agustus 2024   09:08 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laga Bolivia (hijau) vs Brasil di Stadion Hernando Siles La Paz tahun 2009. (AFP/MARTIN BERNETTI dipublikasikan kompas.com)

Bolivia tak kurang akal untuk berusaha lolos ke Piala Dunia 2026. Mereka tak akan lagi main di La Paz yang berketinggian 3.577 meter di atas permukaan laut. Tapi, mereka akan main di El Alto, kota dengan ketinggian 4.099 meter di atas permukaan laut. 

Maka El Alto adalah kota yang lebih tinggi dari Gunung Slamet di Jawa Tengah (3.432 mdpl) dan Gunung Kerinci di Sumatera Barat (3.805 mdlp). Bayangkan saja main bola lebih dari puncak Gunung Kerinci! Maka, siap-siap saja oksigen akan makin tipis!

Cara Bolivia untuk menjamu lawan di dataran tinggi memang sudah lama mendapatkan protes. Dengan ketinggian 3.577 meter di atas permukaan laut, tentu akan membuat lawan bakal kerepotan. Sebab oksigen tipis.

Bintang Argentina Lionel Messi pernah muntah-muntah saat main di Hernando Siles. Para pemain Brasil pernah kepergok memakai oksigen ketika jeda.

Memutar sejarah kembali. Di kualifikasi Piala Dunia, Bolivia memang sudah lama memakai Stadion Hernando Siles atau stadion lain yang ada di La Paz. Bahkan dikutip dari berbagai sumber yang dirangkum Wikipedia, sejak kualifikasi Piala Dunia 1970, Bolivia sudah main di La Paz.

Artinya, Bolivia memang sudah memanfaatkan ketinggian untuk menjamu tim lawan. Ya tentu saja agar tim lawan kerepotan karena selain harus bermain bola juga harus melawan tipisnya oksigen di dataran tinggi La Paz.

Namun, format kualifikasi Piala Dunia zona Amerika Selatan di masa lalu tak menguntungkan bagi Bolivia. Beberapa format yang umum di masa lalu adalah membagi negara di Amerika Selatan jadi tiga grup. Tiap juara grup lolos ke Piala Dunia.

Jadi hanya satu tim dari tiap grup yang lolos ke Piala Dunia. Sial bagi Bolivia karena mereka bisa memanfaatkan main di kandang dan menang, tapi kalah di kandang lawan. Mentok-mentoknya mereka ada di posisi dua grup.

Contohnya adalah di kualifikasi Piala Dunia 1990. Saat itu Bolivia satu grup dengan Uruguay dan Peru. Format pertandingan adalah kandang dan tandang. Bolivia mampu menang atas lawannya di La Paz. Bahkan mampu mengalahkan Peru di Lima. Tapi Bolivia kalah dari Uruguay di Montevideo. Bolivia kalah selisih gol dan gagal lolos ke Piala Dunia 1990.

Kira-kira begitulah gambaran mengapa Bolivia kerepotan lolos ke Piala Dunia sekalipun sudah main di La Paz. Ya karena mereka buruk ketika main di kandang lawan.

Namun angin segar mulai berubah di kualifikasi Piala Dunia 1994. Zona Amerika Selatan kala itu dibagi dua grup yakni A dan B.

Grup A ada empat tim dan B ada lima tim. Kala itu Chile tak boleh ikut kualifikasi Piala Dunia 1994 karena skandal kiper Roberto Rojas di kualifikasi 1990. Rojas kepergok melalui foto melukai tangan sendiri hingga berdarah saat laga lawan Brasil yang rusuh. Hal itu dia lakukan agar Brasil didiskualifikasi dan Chile lolos ke Piala Dunia 1990. Tapi aktingnya kepergok melalui sebuah foto majalah. Saat itu belum ada internet.

Kembali ke kualifikasi Piala Dunia 1994. Bolivia dapat angin karena ada di grup B. Dari lima tim, dua tim teratas pasti lolos ke Piala Dunia 1994. Bolivia bisa memaksimalkan main di La Paz. Empat laga mereka sapu bersih. Termasuk mengalahkan Brasil dan Uruguay.

Selain itu mereka juga agak mendingan ketika main di kandang lawan. Mereka menang atas Venezuela yang kala itu memang benar-benar anak bawang. Lalu mampu menahan Ekuador. Selebihnya, Bolivia dipermak ketika bertamu di Brasil dan Uruguay. Tapi itu sudah cukup membawa Bolivia lolos ke Piala Dunia 1994.

Pada kualifikasi 1998 dan seterusnya, sebenarnya peluang Bolivia lebih besar untuk lolos ke Piala Dunia. Sebab formatnya adalah kompetisi penuh. Hanya saja Bolivia sangat buruk ketika main di kandang lawan. Lalu, lama kelamaan tim lain sudah bisa beradaptasi dengan bagus ketika main di La Paz.

Argentina saja di kualifikasi Piala Dunia 2026 mampu membabat Bolivia di La Paz dengan skor telak 3-0. Mungkin karena La Paz sudah akrab bagi lawan, Bolivia cari akal lebih "keji" agar di sisa laga kualifikasi Piala Dunia 2026 bisa maksimal.

Maka per September 2024, mereka akan menjamu lawannya di El Alto. Seperti dikutip dari ole.com.ar, Estadio Municipal de El Alto di El Alto akan jadi kandang Bolivia.

Dengan ketinggian 4.099 meter di atas permukaan laut, maka akan makin sulit sang lawan bertarung dengan tipisnya oksigen. Bolivia masih punya enam partai kandang di kualifikasi Piala Dunia 2026.

Mungkin mereka akan berusaha menyapu bersih sisa laga di El Alto. Tapi tentu saja itu tak cukup bagi Bolivia untuk lolos ke Piala Dunia 2026. Mereka juga harus mampu mendapatkan hasil lumayan di kandang lawan.

Jika maksimal di kandang sendiri tapi babak belur di kandang lawan, ya mereka akan berat lolos ke Piala Dunia 2026.

Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Amerika Selatan diikuti 10 tim. Mereka akan berkompetisi penuh alias bermain kandang dan tandang. Nantinya, enam posisi teratas akan lolos ke Piala Dunia 2026. Sementara posisi tujuh klasemen akhir masih bisa lolos ke Piala Dunia 2026 melalui jalur playoff.

Apakah usaha "keji" Bolivia menjamu tamu di El Alto akan berhasil?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun