Argentina tersingkir di ajang sepak bola pria Olimpiade 2024 setelah kalah 0-1 dari Prancis, Sabtu (3/8/2024) dini hari WIB. Sebagai penonton yang berharap Argentina menang, saya sendiri heran dengan strategi Mascherano.
Saya menonton laga babak kedua. Argentina terlihat lebih menekan. Tapi tekanannya tak mematikan. Serangan Argentina beberapa kali dimentahkan bek Prancis.
Dalam situasi seperti itu saya sendiri heran mengapa Mascherano memasukkan penyerang Lucas Beltran yang sudah diberi kartu kuning sebelum bermain. Beltran juga bukan tipikal pembunuh.
Mengapa tak cepat memasukkan Luciano Gondou sebagai pembunuh. Gondou baru masuk di menit 74. Di sisa waktu Gondou pun punya dua peluang. Sayang yang satu bisa diantisipasi kiper Prancis dan satu peluang lain melebar.
Lalu di tengah kebuntuan menembus barikade pertahanan Prancis, mengapa juga Masherano tak segera memasukkan Claudio Echeverri. Echeverri malah baru masuk di menit 90.
Pemain yang bisa menusuk seperti Echeverri tentu dibutuhkan ketika kebuntuan muncul. Tapi ya sudahlah. Pasti Mascherano memiliki pertimbangan atas pilihannya. Tapi pertimbangan dan pilihan itu menghasilkan kekalahan.
Kegagalan ini adalah kali ketiga bagi Mascherano dalam memimpin Argentina di kelompok umur. Kegagalan pertama adalah dia gagal membawa Argentina lolos ke Piala Dunia U20 tahun 2023 melalui kualifikasi.
Untungnya, Indonesia batal sebagai tuan rumah karena pandangan politik yang sempit. Karena itu, Argentina mengambil kesempatan dan menjadi tuan rumah Piala Dunia U20.
Menjadi tuan rumah pada Piala Dunia U20 tahun 2023, Mascherano kembali gagal membawa Argentina juara. Bermain di hadapan fans sendiri, Argentina tersingkir di fase 16 besar.
Kegagalan ini juga membuat Mascherano gagal menjadi pemain sekaligus pelatih yang mampu memberi medali emas bagi Argentina di Olimpiade. Semasa jadi pemain, Mascherano dua kali dapat medali emas Olimpiade yakni pada 2004 dan 2008.