Melihat penyerang timnas Indonesia U19 Jens Raven bermain, seperti melihat mantan penyerang timnas Argentina Gabriel Batistuta. Tentu saja dengan level berbeda.
Gabriel Batistuta adalah penyerang timnas Argentina di tahun 90-an dan awal 2000-an. Dia pernah main di Fiorentina, AS Roma, dan Inter Milan.
Gaya main Batistuta adalah sosok nomor 9 murni. Kelebihan paling menonjol darinya adalah mencetak gol. Dia bisa dikatakan mampu mencetak gol dengan semua anggota tubuhnya. Kalau tak salah, semasa di Fiorentina dia pernah mencetak gol dengan punggungnya.
Dia adalah pencetak gol atau pembunuh yang jujur dan mematikan. Jujur karena jarang terlihat Batistuta menipu kiper. Dia hanya menendang bola ke satu titik sekeras-kerasnya.
Aksi membunuh dengan menendang sekeras-kerasnya pernah dia lakukan saat membela Argentina melawan Jamaika di Piala Dunia 1998. Gol ketiganya melalui penalti adalah contoh bahwa dia menendang sekeras-kerasnya.
Karena tendangan keras itulah maka dia mematikan. Jarang melihat atau malah tak pernah terlihat Batistuta mencetak gol diawali dengan meliuk-liuk melewati beberapa pemain. Sebab memang bukan itu keahliannya.
Jarang melihat Batistuta mencetak gol berawal dengan umpan kombinasi satu dua dengan kawannya. Ya karena memang bukan itu kelebihannya.
Di luar kotak penalti, ketika mencoba membawa bola, maka kemungkinan tak berhasil. Ya karena memang bukan itu kelebihan Batistuta. Keistimewaannya adalah membunuh tanpa belas kasihan.
Karena pembunuh istimewa, maka Batistuta butuh pembuka ruang dan pelayan. Pembuka ruang adalah striker tandem dan pelayan adalah gelandang atau pemain nomor 10.
Di Fiorentina, pembuka ruang atau striker tandem bagi Batistuta adalah Francesco Baiano dan kemudian Luis Oliveira. Mereka adalah sosok yang memang membuka ruang bagi Batistuta. Adapun sosok pelayan bagi Batistuta, yang jadi pengumpannya adalah Rui Costa.