Pilkada Jawa Tengah (Jateng) kemungkinan memunculkan tiga kubu. Sederhananya adalah kubu dari Gerindra, PDIP, dan Jokowi. Jika melihat fenomena belakangan, maka tiga kubu itu kemungkinan menjadi nyata.
Kubu Gerindra akan mengusung Kapolda Jateng Ahmad Luthfi. Gerindra pindah haluan setelah Sudaryono mundur dari kontestasi. Sudaryono yang ketua Gerindra Jateng mundur dari kontestasi karena diangkat jadi Wakil Menteri Pertanian.
 Keputusan Gerindra mengusung Ahmad Luthfi diungkap Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, Senin (22/7/2024) seperti diberitakan kompas.com. Sebelum Gerindra mengusung Luthfi, Golkar juga terlebih dahulu mengusung jenderal bintang dua tersebut untuk maju di kontestasi Pilkada Jateng.
Poster Ahmad Luthfi sendiri sudah terpampang di banyak titik di Jawa Tengah. Belakangan ada poster Ahmad Luthfi bersama Taj Yasin. Ahmad Luthfi sebagai calon Gubernur Jateng dan Tak Yasin calon Wakil Gubernur Jateng.
Tak Yasin adalah Wakil Gubernur Jateng periode 2018-2023. Dia adalah putra dari almarhum KH Maemun Zubair, ulama kharismatik asal Rembang. Kini, Tak Yasin adalah calon anggota DPD terpilih dari Jateng.
Jika Gerindra dan Golkar pada akhirnya meresmikan Ahmad Luthfi sebagai calon Gubernur Jateng, maka Luthfi bisa melenggang. Sebab kursi DPRD Jateng untuk Gerindra dan Golkar sama-sama 17. Dengan 34 kursi maka sudah memenuhi syarat 20 persen kursi DPRD Jateng. Kuota 20 persen kursi sama dengan 24 kursi di DPRD Jateng.
Kubu kedua adalah kubu dari Presiden Jokowi. Kubu ini terjadi jika Kaesang Pangarep anak Jokowi maju Pilkada Jateng. Kaesang yang kini Ketua Umum PSI, sepertinya punya hasrat untuk maju ke Pilkada Jateng. Sebab, elektabilitasnya tinggi.
Hanya saja, Kaesang harus mendapatkan kendaraan yang cukup. Sebab PSI hanya dapat dua kursi di DPRD Jateng. Peluang Kaesang tentu berat. Sebab jika PPP, PSI, PAN, Demokrat digabung, kursinya belum memenuhi syarat.
Harapan Kaesang adalah menggaet PKS dan PKB. Hanya saja, dengan kursi yang melimpah, apakah PKS dan PKB mau mengalah mengusung Kaesang? Realitas politik untuk Kaesang memang berat. Tapi namanya juga politik, apapun bisa terjadi.
Kubu ketiga adalah PDIP. PDIP adalah yang paling aman soal persyaratan kursi. Sebab, PDIP punya 33 kursi di DPRD Jateng. Artinya mereka tak perlu koalisi untuk mengusung calon.
Sampai sejauh ini belum ada nama yang diungkap PDIP untuk maju ke Pilkada Jateng. Tapi kemungkinan Hendrar Prihadi atau Hendi akan bisa maju. Nama Hendi cukup harum di Semarang.
Hendi adalah mantan Wali Kota Semarang dan kini adalah Kepala LKPP. Tapi bisa juga PDIP mengusung nama lain.
Dari tiga kubu tersebut, Kaesang yang memang agak berat. Kecuali dia mampu menggandeng PKS dan PKB. Sekalipun realitasnya berat, tapi jika Kaesang memiliki kendaraan, maka bisa jadi kuda hitam di Pilkada Jateng.
PKB
Satu parpol yang cukup unik di Jateng adalah PKB. Unik karena parpol ini memiliki basis yang luar biasa di Jateng, tapi belum pernah ada kader PKB menjadi Gubernur atau Wakil Gubernur Jawa Tengah. PKB hanya kalah basis dengan PDIP.
Pada Pilkada 2018, Ida Fauziah jadi calon Wakil Gubernur Jateng mendampingi Sudirman Said. Namun, pasangan tersebut kalah dari Ganjar-Taj Yasin.
Menarik ditunggu apakah PKB tak akan mengajukan kandidatnya alias ikut parpol lain atau akan mengusung kandidat sendiri di Pilkada 2024.
Sebenarnya nama Gus Yusuf Ketua PKB Jateng sempat santer dikabarkan maju di Pilkada Jateng 2024. Nama Gus Yusuf santer saat tahun lalu. Namun kini gema kiai asal Magelang tersebut meredup.
Sebenarnya jika bisa maju, maka akan bisa memeriahkan persaingan. Gus Yusuf adalah ulama yang usianya kisaran 50 tahun. Dia bukan hanya ulama tapi juga pernah mengurusi seni, budaya, dan olahraga. Dia pernah jadi CEO PT yang menaungi klub sepak bola PPSM Magelang.
Jika Gus Yusuf maju, maka kontestasi kemungkinan akan berubah. Tapi naga-naganya tak ada tanda Gus Yusuf bakal maju di Pilkada Jateng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H