Kemudian ada gelandang Oussama Targhalline yang sekalipun lahir di Maroko, dia kini bermain di Le Havre Prancis. Ada gelandang mungil Benjamin Boucouari yang lahir di Belgia dan kini main di St Etienne, Prancis.
Ada Oussama El Azzouzi yang lahir di Belanda dan main di Bologna. Musim lalu dia main 18 kali bersama Bologna di Liga Italia. Bologna seperti diketahui masuk papan atas Liga Italia musim lalu.
Ada gelandang Amir Richardson yang lahir di Prancis dan kini main di Reims, Prancis. Ada gelandang Yassine Kechta yang lahir di Prancis dan main di Le Havre, Prancis.
Gelandang menyerang Bilal El-Khannouss lahir di Belgia dan kini main di Genk. Ada Abdi Ezzalzouli yang mantan pemain Barcelona dan kini main di Real Betis. Ezzalzouli lahir di Belgia.
Ada penyerang sayap Ilias Akhomach yang lahir di Spanyol dan musim lalu main 31 kali bagi Villarreal. Ada Eliesse Ben Seghir yang lahir di Prancis dan kini main di Monaco.
Fenomena Maroko rasa Eropa ini tentu bisa menjegal Argentina. Sebab bagaimanapun, para pemain rasa Eropa itu ditempa di tempat yang bagus.
Bahkan beberapa di antaranya sudah sering main di liga. Artinya, sekalipun berusia U23, mereka sudah mendapatkan kepercayaan di tim senior level klub.
Maroko bisa saja menekuk Argentina dan memberikan kejutan seperti yang dilakukan timnas seniornya di Piala Dunia 2022.
Berubah
Fenomena Maroko adalah fenomena perubahan dunia sepak bola. Negara mulai memanfaatkan para diasporanya untuk membela timnas.
Bahkan di skuad Maroko U23 plus ini, lebih dari 70 persen adalah mereka yang lahir di Eropa. Artinya mereka adalah sosok yang hidup dengan lingkungan Eropa, bukan lingkungan di Maroko.