Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Timnas Argentina dan sepak bola Argentina

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menua, Tertutup, Hobi Tak Terdeteksi

18 Juli 2024   15:51 Diperbarui: 18 Juli 2024   15:55 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Kompas.com/irwan nugraha)

Hobi itu adalah bentuk jeda. Sebab, menyelami hidup tak mungkin dengan terus berlari. Bahkan, menyelami hidup tak mungkin dengan terus berjalan. Perlu jeda. Salah satu cara menjeda itu adalah punya hobi.

Jika sedang gundah gulana, lelah pikir, dan sebagainya, maka hobi itu adalah penenang sementara. Hobi bukan cara untuk menyelesaikan persoalan. Jika menyelesaikan persoalan dengan hobi, maka salah besar! Hobi adalah cara untuk menenangkan diri agar setelah jeda itu, ada ide lain untuk bisa memecahkan persoalan.

Hidup tak punya hobi, tentu tak masalah. Tapi ketika banyak masalah dan tak punya hobi, akan bingung melepas penat itu. Alih-alih masalah terpecahkan, yang ada malah diri bisa meledak luar biasa alias sakit.

Terkait hobi dan masalah, satu masa yang agak rumit adalah ketika bersinggungan dengan orang yang menua, tertutup, dan hobinya tak terdeteksi.

Maksudku begini...

Salah satu dinamika hidup yang aku jalani adalah berhubungan dengan orang tua. Ada banyak orang tua karena sejarah hidupku diselimuti keluarga besar dan relasi sosial yang lebih mirip keluarga. Maka ketika waktu terus beranjak, saudara dan tetangga itu makin menua.

Ketika mereka menua, tentu bukan aku yang mengurusi seluruhnya. Tapi sekali dua kali, memang mencoba untuk membantu mereka yang sudah didera kerapuhan fisik.

Apa yang terpikirkan ketika bertemu dengan saudara atau keluarga yang mulai rapuh fisik, mulai menua? Salah satunya adalah membahagiakannya. Membahagiakannya dengan hobi yang pernah dia lakoni. Itu akan sedikit menenangkan, membahagiakan, di tengah renta usia.

Ada pak tua yang hobi ke masjid. Mungkin itu cara untuk merenggangkan lilitan ruwetnya hidup. Maka gampang saja, antar ke masjid untuk bahagia. Sekalipun untuk ke masjid butuh kerja keras dan peralatan yang tak biasa.

Ada yang hobinya nongkrong dengan teman-teman sebaya. Tapi karena sudah tua, tak bisa ke mana-mana. Gampang saja, bawa temannya datang ke rumahnya, maka mereka akan tertawa sekalipun badan tak mampu lagi bergerak ke sana ke mari.

Nah yang repot adalah orang tua yang sudah renta, tertutup, dan tak terdeteksi hobinya. Kok bisa? Ya bisa saja karena hidup orang macam-macam. Dinamikanya juga macam-macam.

Tertutup menurutku beda dengan pendiam. Tertutup adalah ketidakmauan orang untuk membuka diri bercerita hal pribadi yang tak terlalu privat. Hal pribadi yang tak terlalu privat itu ya salah satunya soal hobi. Tak mau bercerita tentang kesenangan dan kesedihan. Menutup rapat semua hal yang berbau diri sendiri.

Agak repot membahagiakan orang tua yang tertutup dan tak terdeteksi hobinya. Akhirnya keluarga atau saudara hanya bisa meraba-raba. "Bisa belikan teka teki silang. Biar ada yang dikerjakan," kira-kira begitu salah satu rabaannya.

Ketika dibelikan teka-teki silang, malah didiamkan saja. Tak diutak-atik sama sekali. "Dulu suka menyanyi. Bisa dibelikan gitar?" kata yang lain. Maka belilah gitar yang murahan. Tak juga disentuh, tak digubris.

Merenung

Aku tak mau menyalahkan orang yang menua dan menutup diri. Sebab, hidup itu tidak di ruang hampa. Tingkah laku atau pilihan diri adalah respons dari lingkungan, respons dari kehidupan. Ada orang yang bisa merespons dengan serangan balik. Ada yang merespons seperti telaga. Ada yang merespons seperti telaga tapi di bawahnya penuh bara.

Artinya apa? Ya aku ingin mengatakan bahwa lingkungan juga berpengaruh pada respons seseorang. Atau jangan-jangan orang-orang yang sakit itu adalah respons atas keberingasan kita. Keberingasan yang tak kita sadari? Entahlah.

Lalu dalam beberapa kesempatan ketika bisa berbicara dari hati ke hati, tentang kesehatan dan masa tua, aku menyelipkan cerita betapa pentingnya hobi. Asal jangan sampai kelewatan saja, aku pikir hobi adalah salah satu bentuk jeda yang baik. Tentu hobi yang tidak merusak. Tentu saja bukan hobi yang super mahal.

Hobi yang bisa mengalihkan sementara dari ketegangan hidup yang luar biasa itu penting, khususnya ketika sudah menua. Sebab, hidup tidak bisa dijalani dengan terus berlari. Bahkan, hidup tidak bisa dijalani dengan terus berjalan. Hidup perlu jeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun