Bisa juga membangun cara pandang bahwa posisi bangku tidak penting. Mau di depan atau di belakang tak masalah asal anak rajin menjalankan tugasnya. Cara pandang posisi bangku tak penting juga harus diselaraskan dengan realitas.
Misalnya membangun realitas bahwa semua anak di manapun posisi bangkunya akan mendapatkan volume suara memadai dari sang guru. Bisa saja misalnya dengan menggunakan pengeras suara yang memadai. Bisa juga dengan tidak membangun kelas yang besar penghuninya.
Selain itu, bisa juga dengan membangun view yang memadai. Jadi, anak yang di belakang dan di depan bisa melihat dengan sama baiknya. Misalnya sang guru menulis dengan huruf yang lebih besar. Sehingga semua memiliki kans yang sama untuk membaca apa yang ada di papan tulis.
Jadi, cara pandang juga harus diselaraskan dengan realitas. Menyuarakan kesetaraan posisi bangku tapi membangun kelas besar tanpa fasilitas yang memadai ya sama saja bohong. Kelas besar tanpa fasilitas memadai hanya akan membuat yang di belakang tidak mendapatkan kesetaraan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H