Argentina akan melawan Kanada di semifinal Copa America, Rabu (10/7/2024) mulai pukul 07.00 WIB. Laga ini adalah pertemuan antara tim dengan tembok kokoh melawan tim dengan ketajaman minimalis.
Argentina adalah tim dengan tembok yang kokoh. Hingga semifinal, Argentina hanya kebobolan satu gol. Sama dengan Uruguay.
Satu-satunya gol ke gawang Argentina oleh pemain Ekuador Kevin Rodriguez di babak perempatfinal. Solidnya lini belakang Argentina karena memang memiliki pemain berkelas.
Mereka memiliki Emiliano Martinez di lini belakang. Refleks Martinez luar biasa. Buktinya dia adalah kiper yang sering menggagalkan penalti lawan.
Di depan Martinez ada Christian Romero dan Lisandro Martinez. Keduanya main bersama sebagai starter ketika melawan Ekuador. Keduanya sama-sama melakukan dua sapuan. Keduanya adalah pemain penting di klub masing-masing. Romero bek Tottenham Hotspur dan Martinez bek Manchester United.
Kolaborasi keduanya bisa membuat striker lawan tak berkutik. Jika Martinez tak main maka ada senior Nicolas Otamendi. Kekokohan Otamendi tak perlu diragukan lagi.
Selain itu masih ada German Pezzella dan Lucas Martinez Quarta. Bahkan di laga melawan  Peru di fase grup, Pezzella diduetkan dengan Otamendi. Keduanya seperti data WhoScored, sama-sama sukses melakukan empat sapuan.
Selain dua bek tengah, dua bek di sisi kanan dan kiri juga memiliki peran signifikan. Bukan hanya membantu serangan, tapi juga membantu pertahanan.
Bek kanan diisi Nahuel Molina atau Gonzalo Montiel. Bek kanan diisi Tagliafico atau Marcos Acuna. Misalnya di laga ketat melawan Ekuador pada perempatfinal, berdasar WhoScored, Molina lakukan tiga antisipasi dan satu sapuan. Tagliafico melakukan empat sapuan. Artinya, para pemain belakang di sisi samping sangat membantu memperkokoh lini belakang.
Jadi lini belakang Argentina memang solid. Belum lagi, pelatih Lionel Scaloni ketika masih aktif bermain adalah seorang pemain belakang. Maka makin jelaslah mengapa lini pertahanan Argentina kokoh.
Bagaimana dengan Kanada? Mereka memiliki lini depan yang tak terlalu tajam. Sampai perempatfinal, Kanada hanya bisa membuat dua gol. Kanada adalah tim paling tidak produktif dibanding dengan tiga kontestan lain di semifinal.
Kanada juga hanya menang sekali melawan Peru di fase grup. Kemenangan ini pun terjadi ketika Peru bermain dengan 10 orang. Saat lawan Venezuela, Kanada hanya menang adu penalti.
Dari data statistik, penyerangan Kanada memang tidak menusuk amat sangat. WhoScored mencatat Kanada hanya memiliki dua tembakan tepat sasaran ke gawang lawan saat lawan Argentina dan  Peru. Saat lawan Chile, Kanada membuat tiga tembakan tepat sasaran ke gawang lawan. Di laga melawan Venezuela, Kanada lebih bagus dalam memberikan ancaman. Ada tujuh tembakan tepat sasaran ke gawang Venezuela.
Tapi dari semua total tembakan itu, hanya tiga yang diproduksi para strikernya. Perinciannya satu tembakan dibuat
Tani Oluwaseyi dan dua tembakan melalui Cyle Larin.
Dua gol Kanada sejauh ini pun bukan dibuat striker. Dua gol Kanada dibuat Jonathan David dan Jacob Shaffelburg. Jonathan memang bisa jadi striker, tapi dalam laga ketika dia membuat gol, dimainkan sebagai gelandang serang. Sementara Shaffelburg adalah pemain sayap.
Maka dari apa yang Kanada hadirkan, mereka mengincar kesempatan kedua saat penyerangan atau memberi ruang pada selain striker untuk mencetak gol.
Jadi, dari statistik terlihat bagaimana Argentina memiliki lini belakang yang kokoh dan Kanada memiliki penyerangan dengan kemampuan minimalis.
Selain kelebihan di belakang, Argentina juga memiliki penyerangan yang menjanjikan. Mereka punya Lautaro Martinez yang sudah bikin empat gol dan jadi topskor sementara Copa America 2024.
Argentina juga masih memiliki Julian Alvarez. Ada juga pemain gaek Lionel Messi dan Angel Di Maria. Maka secara statistik dan di atas kertas, Argentina layak menang.
Apalagi Argentina pernah mengalahkan Kanada di fase grup. Argentina sudah tahu titik kelemahan Kanada untuk kemudian dibombardir.
Tapi jika Argentina memang unggul di atas kertas, bukan berarti mereka pasti menang. Kanada tentu sudah tahu kesalahan mereka sehingga kalah 0-2 di fase grup.
Kanada juga bisa menyontek apa yang Ekuador lakukan. Saat lawan Argentina, Ekuador melakukan pressing luar biasa. Pressing itulah yang membuat Argentina kesulitan mencetak gol dari open play. Kala itu Argentina mencetak gol melalui tandukan dari Lisandro Martinez berawal dari sepak pojok Lionel Messi.
Selain pressing, Ekuador juga melakukan serangan bergelombang ketika pemain Argentina terlihat kurang fokus. Di akhir babak kedua kala itu, Ekuador bermain gila-gilaan menyerang Argentina.
Jadi, jika Kanada bisa menerapkan strategi seperti yang Ekuador lakukan, Argentina bisa kecolongan.
Jadi sekali lagi, di atas kertas, Argentina memang layak menang. Tapi di atas rumput hijau, Kanada bisa saja mengejutkan. Apalagi, secara geografis, Kanada lebih dekat dengan Amerika Serikat, tempat laga berlangsung. Normalnya pendukung Kanada akan menyerbu stadion.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H