Kanada juga hanya menang sekali melawan Peru di fase grup. Kemenangan ini pun terjadi ketika Peru bermain dengan 10 orang. Saat lawan Venezuela, Kanada hanya menang adu penalti.
Dari data statistik, penyerangan Kanada memang tidak menusuk amat sangat. WhoScored mencatat Kanada hanya memiliki dua tembakan tepat sasaran ke gawang lawan saat lawan Argentina dan  Peru. Saat lawan Chile, Kanada membuat tiga tembakan tepat sasaran ke gawang lawan. Di laga melawan Venezuela, Kanada lebih bagus dalam memberikan ancaman. Ada tujuh tembakan tepat sasaran ke gawang Venezuela.
Tapi dari semua total tembakan itu, hanya tiga yang diproduksi para strikernya. Perinciannya satu tembakan dibuat
Tani Oluwaseyi dan dua tembakan melalui Cyle Larin.
Dua gol Kanada sejauh ini pun bukan dibuat striker. Dua gol Kanada dibuat Jonathan David dan Jacob Shaffelburg. Jonathan memang bisa jadi striker, tapi dalam laga ketika dia membuat gol, dimainkan sebagai gelandang serang. Sementara Shaffelburg adalah pemain sayap.
Maka dari apa yang Kanada hadirkan, mereka mengincar kesempatan kedua saat penyerangan atau memberi ruang pada selain striker untuk mencetak gol.
Jadi, dari statistik terlihat bagaimana Argentina memiliki lini belakang yang kokoh dan Kanada memiliki penyerangan dengan kemampuan minimalis.
Selain kelebihan di belakang, Argentina juga memiliki penyerangan yang menjanjikan. Mereka punya Lautaro Martinez yang sudah bikin empat gol dan jadi topskor sementara Copa America 2024.
Argentina juga masih memiliki Julian Alvarez. Ada juga pemain gaek Lionel Messi dan Angel Di Maria. Maka secara statistik dan di atas kertas, Argentina layak menang.
Apalagi Argentina pernah mengalahkan Kanada di fase grup. Argentina sudah tahu titik kelemahan Kanada untuk kemudian dibombardir.
Tapi jika Argentina memang unggul di atas kertas, bukan berarti mereka pasti menang. Kanada tentu sudah tahu kesalahan mereka sehingga kalah 0-2 di fase grup.
Kanada juga bisa menyontek apa yang Ekuador lakukan. Saat lawan Argentina, Ekuador melakukan pressing luar biasa. Pressing itulah yang membuat Argentina kesulitan mencetak gol dari open play. Kala itu Argentina mencetak gol melalui tandukan dari Lisandro Martinez berawal dari sepak pojok Lionel Messi.