Saya pikir Belgia adalah negara yang cukup bergantung dengan bakat menonjol. Ketika bakat itu tak ada, tenggelamlah Belgia. Setidaknya itu gambaran kesimpulan saya.
Dulu di tahun 80-an, Belgia memiliki Jan Ceulemans, sosok tinggi yang tetap lentur. Ada juga bek Erick Gerets yang menjulang bersama PSV. Ada juga Jan-Marie Pfaff. Memiliki bakat luar biasa membuat Belgia mampu lolos ke final Piala Eropa 1980.
Saat Gerets dan Ceulemans sangat matang, muncul satu nama yang jangan pernah dilupakan.
Dia adalah Enzo Scifo. Aksi menawan Enzo Scifo di Piala Dunia 1986 membuatnya menjadi pemain muda terbaik.
Karena kehebatan bakat-bakat itu, Belgia masuk semifinal Piala Dunia 1986. Sebuah capaian luar biasa.
Lalu saat Eric Gerets dan Jan Ceulemans sudah menua, Belgia masih eksis tapi tak mencuat. Belgia lolos ke Piala Dunia 1990 tapi gagal lolos ke Piala Eropa 1992. Setelah itu Belgia terlihat mulai meredup.
Memang ada Luc Nilis dan Luis Oliveira. Kemudian muncul kakak-adik Mbo dan Emile Mpenza. Tapi kebintangan mereka tidak mencuat sangat. Akhirnya Belgia hanya berstatus biasa saja.
Sejak 2002, Belgia meredup. Mereka absen di Piala Dunia 2006 dan 2010. Kemudian absen di Piala Eropa 2004, 2008, dan 2012.
Kemudian muncul nama Romelu Lukaku, Eden Hazard, Kevin de Bruyne, Radja Nainggolan, Thibaut Courtois, dan banyak nama yang lain.
Mereka adalah generasi emas Belgia dengan talenta luar biasa. Tak heran dengan nama-nama besar, Belgia mulai memberi ancaman. Puncaknya adalah di Piala Dunia 2018. Belgia mampu lolos sampai semifinal.
Tapi ketika nama-nama itu menua, Belgia mulai terlihat merana. Di Piala Dunia 2022, mereka gagal lolos dari fase grup. Kini, di Piala Eropa 2024, Belgia sudah kalah dari Slovakia.
Pemain bintang Belgia itu sudah berumur. Dan pemain berbakat belum muncul. Mungkin saja Belgia akan ditekuk Rumania di laga kedua. Sebab Rumania sangat potensial jadi kuda hitam di Piala Eropa kali ini.