Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Tidak Puasa, Tapi Tiap Lebaran Nangisnya Paling Kencang

10 April 2024   11:20 Diperbarui: 10 April 2024   13:29 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi memang orang di kampungku tak pernah sepakat ketika Kaswan tak puasa. Tentu ketidakpuasan tak diungkapkan, hanya jadi hiasan ngobrol antarmulut.

"Percuma sebegitu ikhlasnya jika Lebaran, tapi tak pernah puasa," kata seorang tetangga yang tak perlu aku sebutkan namanya.

Kemudian, sampai satu ketika di Ramadan lalu, di hari ke 26, Kaswan main ke rumahku saat selesai tarawih. "Entah, aku merasa gelisah sekarang. Aku selalu senang bukan kepalang ketika ada orang taubat. Ada orang yang kembali menginjak surau setelah lama berlumur dosa. Tapi entah, aku tak pernah merasa ingin seperti itu. Aku bahagia dengan perubahan orang lain. Tapi aku tak pernah merasa ingin membahagiakan hidupku sendiri," kata Kaswan padaku.

"Tapi sudah beberapa hari belakangan aku gelisah. Mimpiku, ibu minta agar aku puasa, agar aku salat ke surau. Beberapa kali ada suara memintaku ke surau. Kemarin juga mimpi, tiba-tiba surau itu bermulut dan memintaku datang ke sana. Surau itu bilang, rindu padaku," kata Kaswan padaku.

Belum sempat aku merespons pernyataannya, Kaswan pamit dan pulang ke rumah.

Kemudian, paginya aku dapat kabar dari istri Kaswan. "Dia mau puasa. Baru setelah subuh merasa lapar. Tapi dia tetap puasa," kata istri Kaswan padaku.

Dua hari Kaswan puasa karena Ramadan kemarin hanya 29 hari. Dia juga ke surau di akhir-akhir Ramadan, seperti kata-katanya padaku. Setelahnya Kaswan ke rumahku usai Maghrib. Dia hanya memastikan aku baik-baik saja.

Esoknya setelah salat Id atau tadi pagi, Kaswan sudah jadi kasak-kusuk. Kaswan bakal sesenggukan, bakal nangis dengan ikhlas. Dan Kaswan tak berubah. Dia tetap sesenggukan, tetap nangis di acara halalbihalal. Dia juga sesenggukan di depan pusara ibunya. Itulah sesenggukan Kaswan yang terakhir. Karena sekejap setelah sesenggukan, napas terakhir Kaswan berembus.

Itulah akhir hidup Kaswan dan tangis sesenggukan istrinya. "Siapa yang tak ingin seperti Kaswan, meninggal setelah bermaafan dengan orang sekampung, bersedu sedan di pusara ibu," kata kasak-kusuk yang sampai ke telingaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun