Aku berada di barisan orang yang menyeru agar para perantau mudik saat Lebaran ini. Para perantau yang saya maksud ya yang muslim, karena konteksnya adalah mudik Lebaran. Tak usah pikir sukses atau tidak, tapi mudiklah, khususnya jika masih punya orangtua.
Kalau bisa mudik dan sampai di rumah sebelum Lebaran. Entah H-1 atau H-2. Â Agar bisa merasakan masakan ibumu untuk berbuka puasa.
Aku bicara ini karena aku dulu termasuk orang yang sering tak mudik di masa Lebaran. Kenapa tak mudik? Ya karena ada alasan pribadi yang mengganjal. Orangtua hanya diam saja ketika aku tak mudik saat Lebaran.
Tapi di hati kecil orangtua pasti rindu. Rindu ingin bertemu anaknya di masa Lebaran. Orangtuaku dulu juga rindu.
Selama merantau ada tiga doa pribadi yang terus aku ucapkan. Doa itu tak juga kunjung terkabul. Sampai kemudian, aku memutuskan untuk mudik di saat Lebaran, setelah bertahun-tahun tak mudik di saat Lebaran.
Saat itu, ketika aku mudik, bapak sudah wafat. Jadi tinggal ibu yang ada di rumah. Ibu tentu kaget ketika tahu aku mudik saat Lebaran. Sebab, aku memang tak pernah mudik saat Lebaran ketika merantau.
Akhirnya mudiklah aku di saat Lebaran itu. Kemudian menikmati Lebaran di rumah.
Kau boleh percaya atau tidak. Tapi aku mempercayainya. Setelah aku memutuskan ketemu ibu di saat Lebaran setelah lama absen pulang, cerita hidupku berubah.
Tiga doaku yang lama tak terkabul (mungkin doanya sudah sampai nangis batin), akhirnya terkabulkan setelah aku mudik Lebaran. Aku baru menyadari dan meyakini bahwa bertemu orangtua di hari baik akan sangat memberi berkah.
Jadi, ini soal keyakinan. Keyakinan mudik bertemu orangtua mengubah segalanya. Itulah keyakinanku. Jangan ditarik ke logika, karena tak akan bakal nyambung!
Tahun depannya, aku kembali mudik untuk bertemu ibu. Dan ternyata itu adalah Lebaran terakhir bertemu ibu. Jadi bro, aku menyerukan bagi perantau yang masih memiliki orangtua, mudiklah.