Sisi kedua justru kasihan bisa dimaknai sebagai sisi ekonomi bagi yang dikasihani. Jadi, rasa kasihan dieksploitasi agar bisa berbuah uang.
Contoh, munculnya pengemis di jalanan bisa jadi karena mereka bukan miskin. Bisa jadi karena mereka memanfaatkan alias mengeksploitasi sifat mengasihani dari kita. Mengeskploitasi rasa kasihan kita agar bisa berdampak ekonomi pada mereka.
"Orang di sana kan baik-baik, sering kasihan pada orang lain. Kalau aku ngemis, sepertinya bakal cuan nich," kira-kira begitu, kata hati pengemis yang pandai cari keuntungan.
Atau ada juga pedagang yang mengeksploitasi rasa kasihan kita. Misalnya beberapa kali (tidak selalu), Â kita membeli karena kasihan pada si penjual alias si pedagang tertentu.
Kemudian si penjual tiba-tiba datang ke rumah. "Tadi kok tidak kelihatan di pasar. Saya sudah sisakan buat ibu dan tidak saya jual ke pembeli yang lainnya, ini barangnya bu," kata si penjual.
Itu sudah diskak supaya beli hehe.
Ya begitulah, dunia. Satu sisi bisa dikatakan baik, tapi selalu ada sisi lain yang potensial dimanfaatkan secara berbeda. Ya sudah, berbuat baik saja. Soal bagaimana orang lain, itu urusan mereka, bukan urusan kita. Begitukah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H