Sengaja gambar Muhaimin Iskandar yang dipasang karena Cak Imin kalah, dan saya juga bagian dari kekalahan sebagai skrup kecil kontestasi politik. Tapi, saya bukan skrup Muhaimin atau tim AMIN. Yang perlu digarisbawahi, mereka yang kalah harus bangkit secepatnya karena hidup terus berjalan.
Kalau membayangkan bagaimana Muhaimin kalah di Pilpres, saya pikir memang sangat menyakitkan. Muhaimin yang mendampingi Anies Baswedan bukan hanya kalah. Tapi Muhaimin kalah di rumah besarnya yakni Jawa Timur.
Bahkan kekalahan di Jawa Timur cukup telak. Bukan hanya kalah di Jawa Timur, tapi juga kalah di rumah asalnya, lingkungan asalnya di Jombang. Kalah secara nasional, kalah di Jawa Timur, dan kalah di Jombang.Â
Kekalahan terjadi di tengah solidnya suara PKB, partai yang Cak Imin pimpin. PKB dipastikan melenggang ke Senayan.
Bangkit
Kekalahan politik itu memang menyakitkan. Aku yang hanya bagian sangat kecil dari kontestasi politik tahun ini pun merasakannya. Bagian kecil untuk memenangkan calon wakil rakyat.
Aku pun mengerti situasi lebih dekat tentang bibir manis, tentang pengkhianatan, tentang ongkos politik yang luar biasa. Sudah habis-habisan dan akhirnya kalah.
Tentu itu menyakitkan. Tapi ya begitulah realitas politik. Politik tanpa pengkhianatan sepertinya tak mungkin. Politik tanpa mulut manis sepertinya juga tak mungkin.
Jangan pikir bahwa yang bermulut manis hanya caleg. Pemilih dan tim sukses pun ada yang bermulut manis hahaha. Tapi ya begitulah realitas politik.
Di politik, seseorang bisa tumbang berulang-ulang. Maka, salah satu syarat berpolitik adalah tak boleh baper. Ruwet kalau baper.
Kalah dan kecewa tentu harus dirasakan. Bohong kalau tak kecewa karena sudah habis-habisan mengeluarkan daya, upaya, dan harta.
Tapi, ya hidup terus berjalan. Terus bergulir. Lebih masuk akal untuk berdiri tegak dan kembali berjalan daripada berlarut-larut tenggelam dalam kekecewaan. Masih ada hari esok.
Petarung adalah petarung. Kalah dan menang adalah konsekuensi seorang petarung. Semoga sehat selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H