Sejak kemarin, media sosial riuh tentang nasib grup D babak playoff degradasi Liga 2. Sekalipun semua pertandingan sudah rampung, namun beberapa pihak masih bertanya siapa yang terdegradasi. Situasi yang tak bagus sebenarnya. Harusnya, PSSI atau operator kompetisi memberi klarifikasi jauh-jauh hari.
Begini ceritanya...
Liga 2 memasuki fase kedua yang terbagi dalam dua kelompok tim. Kelompok pertama adalah tim-tim yang masuk 12 besar dan berebut tiket ke Liga 1. Kelompok kedua adalah tim-tim yang masuk dalam 16 tim "terburuk" yang berusaha untuk bertahan di Liga 2.
Saya akan bahas 16 tim "terburuk" ini. Dari 16 tim itu, dibagi dalam empat grup. Jadi, setiap grup terdiri atas empat tim. Setiap tim saling bertanding dengan sistem kandang dan tandang. Sehingga, masing-masing tim di grup akan bermain enam kali.
Ujungnya, dua tim teratas klasemen akhir akan bertahan di Liga 2. Sementara, dua tim terbawah akan degradasi ke Liga 3.
So, mari kita bahas tim "terburuk" yang ada di grup D. Grup D ini terdiri atas Persipura Jayapura, Kalteng Putra, Persekat Kabupaten Tegal, Â dan PSCS Cilacap. Sampai pekan ketiga, semua berjalan normal. Kemudian di pekan keempat, secara mengejutkan Kalteng Putra kalah di kandang sendiri dari Persipura Jayapura.
Bagi saya mengejutkan karena biasanya tak mudah Kalteng Putra kalah di kandang sendiri. Nah, usut punya usut ternyata para pemain Kalteng Putra mengaku belum digaji. Mungkin karena itu mainnya tidak semangat.
Persoalan makin runyam karena pemain Kalteng Putra memutuskan untuk mogok. Mereka sudah bubar dan tak mau melanjutkan dua laga sisa. Mereka mogok serta meminta hak mereka dibayarkan oleh manajemen. Makin runyam lagi, tindakan pemain Kalteng Putra malah dilaporkan ke polisi. Siapa yang melaporkan? Ya manajemennya sendiri.
Akhirnya, pemain Kalteng Putra benar-benar mogok di laga melawan PSCS Cilacap. Para pemain mereka tak datang ke Cilacap. Alhasil, PSCS dinilai menang WO atas Kalteng Putra. Aksi mogok masih bertahan di laga pamungkas. Para pemain Kalteng Putra tak terlihat batang hidungnya di laga kandang melawan Persekat Kabupaten Tegal.
Laga tentu akan dimenangkan oleh Persekat secara WO. Tapi kemenangan Persekat itu akan diresmikan oleh komisi disiplin (sepertinya begitu).
Lalu apa masalahnya?
Jika nanti Persekat disetujui menang WO, klasemen akhir grup D adalah Persipura peringkat 1 dengan 11 poin, Persekat di posisi dua dengan 9 poin, PSCS di peringkat tiga dengan 9 poin. Kalteng Putra dengan -5 poin.
Mengapa PSCS kalah peringkat dari Persekat sekalipun memiliki nilai sama? Karena Liga 2 ini ternyata memakai selisih gol sebagai acuan pertama jika ada dua tim memiliki nilai sama. Â Sementara Kalteng Putra memiliki nilai -5 karena nilainya dikurangi 9 usai dua kali mogok. Jika mengacu pada klasemen itu, maka Kalteng Putra dan PSCS yang akan degradasi.
Tapi diskusi tak sampai di sini. Ada yang berpendapat harusnya Kalteng Putra bukan hanya dikurangi poin, tapi harusnya didiskualifikasi. Jika didiskualifikasi maka semua laga tim melawan Kalteng Putra dihapus.
Jika semua laga melawan Kalteng Putra dihapus, maka klasemen akan berubah. Posisi pertama adalah PSCS dengan 6 poin dari empat laga, Persekat dengan 5 poin dari empat laga, Persipura dengan 5 poin dari empat laga. Mengapa Persipura kalah posisi dari Persekat? Dua tim memiliki nilai dan head to head yang sama, sehingga penentuan klasemen berdasarkan kedisiplinan alias jumlah kartu kuning/merah yang diterima.
Mengapa ada wacana Kalteng Putra didiskualifikasi? Yak arena Kalteng Putra WO dua kali secara beruntun. Bagi mereka yang bermazhab "haram" WO dua kali, maka Kalteng Putra harus didiskualifikasi.
Memang ada cerita tim dua kali WO didiskualifikasi? Ada. Ceritanya terjadi di Liga Indonesia belasan tahun lalu. Persis Solo dan Persema pernah didiskualifikasi karena WO dua kali. Bisa dibaca di sini. Atau bisa juga dibaca di sini. Bisa juga dibaca di sini.Â
Lalu Apa?
Bagi saya harusnya operator liga sudah menjelaskan banyak hal tentang segala kemungkinan. Bahkan, ketika Kalteng Putra WO di laga melawan PSCS, operator liga harusnya langsung berbicara ke publik segala kemungkinan yang terjadi.
Sehingga, sebelum laga pamungkas kemarin, semua sudah jelas akan seperti apa jadinya. Ya harusnya begitu. Ya ngga?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H