Ini hanya bayangan saja ketika Indonesia main melawan Australia di babak 16 besar Piala Asia, Minggu (28/1/2024). Membayangkan Pratama Arhan bermain bersama dengan Shayne Pattinama.
Tentu sangat memungkinkan dua pemain itu main bareng. Posisinya adalah Arhan di sayap kiri dan Shayne di bek kiri. Jadi keduanya sejalur.
Arhan memungkinkan main di sayap. Sebab, pernah dia berposisi di situ saat di Tokyo Verdy. Lagian sebenarnya ketika dia bermain sebagai bek dan ikut menyerang, dia memerankan sebagai sayap.
Selain itu, posisi kiri Indonesia kurang maksimal selama ini. Misalnya ketika yang dimainkan di sayap kiri adalah Egy, dia setahu saya memang bukan tipikal pemain bertahan.
Nah jika Arhan di sayap kiri dan Shayne di bek kiri, potensi serangan dan pertahanan Indonesia bisa sama baiknya. Sebab, keduanya memang bisa naik turun. Ingat, saat lawan Irak di kualifikasi Piala Dunia 2026, Shayne yang mencetak gol.
Secara postur, Shayne juga cocok jika diadu dengan para pemain Australia yang besar-besar. Jadi, duel dengan pemain Australia saya pikir bisa Shayne lakukan.
Lalu dengan tetap memainkan Arhan sekalipun Shayne juga main, peluang membuat kans lewat lemparan jauh masih terbuka.
Selama ini ketika dua pemain itu tak main bersama maka potensi keduanya tak bisa dimanfaatkan. Ketika Shayne main, Arhan off, maka senjata lemparan ke dalam juga off.
Nah jika keduanya main bareng, sepertinya akan lebih bagus. Paling bagaimana agar keduanya bisa saling mengisi dan saling memahami, mungkin itu yang harus disinkronkan.
Tapi ini hanya khayalan saja sebagai pendukung timnas. Semua keputusan tetap ada di pelatih. Mereka lebih tahu kondisi terkini dari para pemain.
Lalu, apapun yang Shin Tae-yong putuskan kita harus hormati. Sekalipun mungkin kita tak sepakat. Ya tetap harus hormati keputusan Shin Tae-yong. Sebab, dia digaji untuk bertanggung jawab atas timnya.
Buruk baiknya tim, maka akan sangat berdampak pada Shin Tae-yong. Aneh kalau Shin Tae-yong memakai skema netizen sementara ketika gagal, Shin Tae-yong yang tanggung jawab.
So, sekalipun beda pendapat, tetaplah hormati. Dengan cara: pertama bilang bahwa pelatih memiliki hak mutlak soal pemain yang akan dia mainkan. Kedua, jangan rendahkan pelatih hanya karena tak sama dengan omongan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H