Berita duka datang dari Gunung Marapi Sumatera Barat. Saat erupsi, ada yang terjebak di gunung dan akhirnya meninggal dunia.
Saat lihat media sosial, info yang banyak dicari adalah keberadaan korban. Mungkin kerabat atau keluarga mereka yang mendaki di Gunung Marapi.
Nah, informasi soal korban memang sangat banyak. Ada informasi dari lembaga ini, ada informasi dari lembaga itu, ada informasi dari perorangan, ada informasi dari media, dan lainnya.
Saya punya gambaran, khusus untuk korban bencana, informasi resmi hendaknya dari satu lembaga saja. Jika pun ada lembaga/perorangan yang mengabarkan korban bencana ya tak apa-apa. Tapi hanya satu lembaga yang resmi yang diberi tugas pemerintah untuk menginformasikan korban bencana. Jadi, hanya ada satu lembaga pengabar resmi dari pemerintah.
Update korban bencana, nama-nama korban bencana, mereka yang belum terdeteksi namanya. Info itu bisa diungkap oleh lembaga resmi tersebut secara berkala dan akurat.
Tidak bisa dipungkiri penanganan bencana memang membutuhkan banyak pihak dan lembaga. Jika saya lihat, ada BPBD, SAR, PMI, dan relawan lainnya. Tapi khusus untuk informasi korban bencana, hanya satu lembaga yang resmi diberi wewenang merilis oleh pemerintah.
Sekali lagi, jika ada lembaga/perorangan menginformasikan korban bencana, tak masalah. Tapi hanya ada satu lembaga resmi yang ditunjuk untuk merilis korban bencana.
Zaman ini, informasi tak bisa dibendung, tapi bisa diminimalisir kesimpangsiuran informasi dengan menunjuk satu lembaga resmi sebagai corong khusus untuk mengungkap nama-nama korban bencana.
Tapi ini hanya pandangan. Pandangan yang bermula dari kebingungan karena ada potensi informasi yang bisa dimaknai berbeda ketika banyak lembaga dimaknai sebagai "pengabar resmi" terkait korban bencana.
Skala Besar