Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dunia Gelap Anak Kecil yang Mengerikan

4 Juli 2023   14:20 Diperbarui: 4 Juli 2023   14:27 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingin cerita padamu tentang cerita anak kecil yang menurutku mengerikan. Aku melihat di depan mataku. Jika pun aku tidak melihat di depan mata, aku memiliki rangkaian cerita yang masuk akal. Cerita tentang dunia gelap anak kecil.

Aku ingin cerita padamu. Ketika jelang Maghrib, ketika aku masih kecil, salah satu yang kulakukan adalah bermain. Kadang aku bermain bola, kadang aku bermain petak umpet, kadang hanya duduk bercanda dengan temanku yang lain.

Satu ketika, aku yang masih kelas 2 SD, bermain dengan karibku. Entah bagaimana ceritanya waktu itu, ada sedikit gesekan antara karibku dengan seorang teman. Seorang teman yang memang dikenal kenakalannya di atas rata-rata.

Kemudian, aku dengan karibku berjalan menjauhi dari anak nakal itu. Kami berjalan pulang. Kau tahu, dari jarak sekitar tujuh meter, anak nakal itu melempar batu runcing sekepalan tangin anak kecil. Batu itu mengenai kepala bagian belakang karibku. Teman karibku terkapar dengan darah bercucuran dan aku kebingungan. Untung ada satu orang dewasa yang langsung memapah karibku pulang ke rumah.

Lain cerita, aku punya teman, anak kecil. Anak polos itu tetiba disuruh tidur di bawah mobil. Siapa yang menyuruh? Anak yang dua tahun lebih tua. Kau tahu apa yang dilakukan anak yang disuruh itu? Dia tidur di bawah mobil.

Neneknya teriak dari kejauahan. Nenek berlari sebisanya mendekati cucu kesayangannya. "Kamu ngapain di bawah itu. Jika mobil itu berjalan, kamu bisa meninggal!" Si anak kecil temanku itu langsung bergegas keluar dari gelapnya bawah mobil.

Bagiku itu memilukan. Menyedihkan. Anak kecil tak pernah salah. Tapi orang tua bertanggung jawab atas anak-anaknya.

Aku lihat temanku yang lebih kecil. Belum sampai lima tahun. Masih kecil sekali. Entah apa yang merasuki temannya. Di masjid yang sangat gaduh dengan ustaz yang sibuk ngurus banyak anak, anak kecil itu dipukul di bagian pipi dan berdarah. Dia terkapar di masjid seperti petinju yang kena KO.

Belum lagi  bagaimana ketika ada temanku yang dibully diancam akan disiksa oleh temanya yang masih SD. Sama-sama masih SD dan mereka berani mengancam dengan kata-kata yang mengerikan. Yang mengancam itu anak dari orang yang berpangkat.

Bagaimana anak kecil sekarang? Entahlah, tetiba saja aku dapat cerita jika anak seorang tetangga sudah memegang telepon genggam dan melihat film dewasa. Entah cerita apa lagi yang akan meluncur. Mungkin bisa saja ada anak kecil yang sejak kecil dilatih mencuri karya orang lain. Entahlah? 

Itu semua adalah cerita anak yang terdeteksi. Bagaimana dengan anak yang tak terdeteksi. Yang setiap hari hidup di jalanan, yang langit sebagai atap dan bumi sebagai lantainya? 

Cerita gelap anak kecil itu bertautan di kepala. Rasa tak puas bisa menggelinding keras di dada, di kepala. Lalu, tak banyak yang mau peduli dengan semua kengerian itu. Sebab, sebagian orang hanya bilang dengan enteng, "begitulah anak anak".

Entah berapa cerita kelam dari anak-anak yang bertumpuk di bumi ini? Tapi semua cerita pilu itu jika tidak dijembatani dengan kasih sayang orangtuanya, akan jadi bom yang mengerikan. Dan aku juga tak selalu sepakat dengan pernyataan, "begitulah anak-anak"!

Kemudian, jangan pernah berbalik badan dan tak merasa berdosa atas kenakalan satu anak. Sebab, bisa jadi sebenarnya aku, kamu, dan kita yang masyarakat ini adalah bagian dari pembentuk anak-anak yang mengerikan itu! Khususnya masyarakat yang rakus dan permisif pada hal-hal negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun