Beberapa kali aku bertemu dengan anak-anak yang meminta sumbangan atau sedekah. Lalu aku tanya dia dari mana. Ternyata dari kota yang cukup jauh.
Jika dari tempatku ke tempat anak itu, menggunakan kendaraan bisa sampai 7 hingga 8 jam. Datang jauh-jauh meminta sumbangan untuk pembangunan gedung.
Mereka datang tak sendirian. Ketika aku tanya, sepenangkapanku adalah, mereka datang naik mobil. Lalu per berapa anak disebar ke satu desa. Beberapa anak lain disebar ke desa lain.
Jika dinalar, dari kota mereka lalu datang ke tempatku, menyebar anak, lalu pulang lagi ke tempat asal, kemungkinan memakan waktu lebih dari sehari. Lagipula mereka perlu istirahat, khususnya si sopir. Tidak bisa langsung pulang naik mobil
Biaya bensin, biaya makan, lalu tetek bengek lainnya, pasti butuh dana besar. Sementara pendapatan dari sumbangan aku tak tahu berapa besarannya.
Tapi nalarku mengatakan, mereka kembali pulang dengan uang tak banyak. Prediksiku jauh-jauh beratus kilometer untuk mendapatkan uang tak seberapa. Seperti tak efisien sekali.
Aku tak mempermasalahkan soal sumbangan. Mau menyumbang atau tidak, itu urusan masing-masing. Tapi jika mencari sumbangan dengan jarak jauh dan dapat tak seberapa, kan tak efisien?
Atau mereka punya cara tersendiri agar dapat sumbangan lebih banyak? Misalnya bensinnya juga hasil sumbangan? Entahlah.
Yang kutahu, kadang kita itu unik. Memberi sumbangan pada yang jauh, lupa yang dekat. Lebih peduli pada yang jauh, yang dekat dilupakan.
Kadang meminta bantuan pada yang jauh daripada yang dekat. Padahal, minta bantuan ke yang dekat probabilitasnya jauh lebih efisien dan terkontrol.