Jadi sekali lagi, mudik adalah fase gagahnya seorang buruh. Setidaknya itu yang aku ketahui. Bahkan ada kenalan yang ketika mudik lagaknya sudah lebih Jakarta daripada orang Jakarta. Padahal di Jakarta juga bukan bos.
Tapi ya begitulah penampakan-penampakan tentang mudik buruh. Sebuah citra diri yang bisa dilihat dari dua sisi. Sisi diri sendiri bisa dimaknai sebagai kebanggaan. Dari sisi orang lain juga dimaknai sebagai keberhasilan. Padahal tak selalu seperti itu.
Mudik, kadang jadi fase sebentar seorang buruh jadi aktor utama di "pementasan hidup", selebihnya dia akan kembali ke realitas sebagai faktor penting yang diabaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H