Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ada yang Dirindukan Buruh Kecil saat Ramadan, Sebuah Rindu yang Berat

4 April 2023   08:49 Diperbarui: 4 April 2023   09:54 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak semua orang adalah juragan. Ada juga yang buruh. Buruh beda dengan pegawai. Buruh memakai UU Ketenagakerjaan dan UU Cipta Kerja, sementara pegawai memakai UU Pokok-pokok Kepegawaian yang kini telah dihapus dan diganti jadi UU ASN. Sederhananya buruh itu untuk swasta dan pegawai itu untuk aparatur negara. Jadi berbeda.

Buruh itu ada yang sejahtera, tapi ada juga yang kecil. Buruh kecil yang biasa saja, bahkan ada yang memiliki upah tak seberapa. Nah, salah satu yang dirindukan buruh, terutama buruh kecil muslim yakni Ramadan.

Bukan dalam konteks akhirat, tapi dalam konteks dunia. Kalau dalam konteks akhirat saya pikir semua orang yang beriman akan sangat menunggu Ramadan. Misalnya, ada nuansa berbeda dalam Ramadan, ibadah dengan pahala lipat ganda, ada bahagia ketika berbuka.

Tapi yang ditunggu buruh kecil dalam Ramadan dalam konteks dunia adalah tunjangan hari raya (THR). THR akan sangat ditunggu oleh buruh kecil. Dirindukan sejak Ramadan mulai. Tentu, salah satunya, THR itu berguna untuk pembelian baju baru bagi anak. Setahun sekali menyenangkan anak dengan baju baru tentu tak salah.

THR bisa juga untuk ongkos mudik. Bisa juga untuk kebutuhan lainnya. Maka, ketika sudah ada gembar-gembor dari banyak orang tentang THR akan cair, maka itulah yang sangat dirindukan buruh.

Tapi rindu itu bisa menjadi kaku. Bisa menjadi pilu. Jika buruh kecil tidak mendapatkan haknya, tidak mendapatkan THR. Masih ada saja berita di beberapa tahun belakangan buruh tidak mendapatkan THR atau mendapatkan THR yang tidak sesuai dengan aturan.

Tentu menyakitkan bagi buruh kecil jika THR hanya menjadi kerinduan. Aku sendiri pernah mengalami cerita tak menarik sebagai buruh. Beberapa tahun yang lalu, aku pernah menunggu THR, sama dengan buruh yang lain.

Tapi, THR jadi simpang siur karena kondisi perusahaan yang katanya kolaps. Alhamdulillah, pada akhirnya beberapa hari sebelum Idulfitri, THR itu cair. Tentu saja sangat bahagia. Tapi, gaji di bulan itu tidak diberikan karena perusahaan katanya tidak punya uang. Dapat THR tapi tidak dapat gaji di bulan itu. Aku hanya bisa merintih antara tertawa karena lucu atau sedih karena pilu.

Tentu saja aku berharap tak ada lagi buruh yang tidak mendapatkan THR tahun ini. Aku berharap, tak ada lagi perusahaan yang tidak memberi THR. Aku berharap, tak ada lagi perusahaan yang memberi THR tidak penuh. Buruh, sudah bekerja setahun untuk perusahaan, maka tak ada salahnya mendapatkan upah lebih melalui THR. Jadi buruh itu berat, tak semua orang kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun