Mungkin sejak mula, PDIP sudah memikirkan kemungkian "lawan" mengcopy-paste cerita di Jakarta untuk diterapkan di Jawa Tengah. Misalnya, cara-cara kampanye menggunakan pendekatan agama Islam. Karena itu, PDIP tak lagi mengusung nasionalis+nasionalis, tapi nasionalis+agamis.
Satu hal yang juga berbeda dari Pilkada sebelumnya dari PDIP adalah bahwa mereka tak lagi sendiri. Di Pilkada 2008 dan 2013, PDIP sendirian. Tapi di 2018, PDIP berkoalisi dengan PPP dan yang mengejutkan juga berkoalisi dengan Demokrat.
Padahal, di pusat, PDIP dan Demokrat cenderung tidak mesra. Tapi, kedua parpol itu berkoalisi di Pilkada Jateng 2018. Selain dengan kedua parpol itu, ada juga Perindo, NasDem, Golkar, PSI yang mendukung Ganjar.
Maka, menarik untuk ditunggu bagaimana dinamika jelang Pilkada Jateng 2024. PDIP sebagai parpol besar di Jateng apakah akan mengusung nasionalis+nasionalis atau kembali seperti 2018? Sepertinya, pilihan itu akan melihat bagaimana geliat Pemilu 2024 nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H