Menurutku, Emi Martinez sedang membalas dendam. Balas dendam pada orang yang menganggapnya sebelah mata. Dia kemudian membuktikan, dari bukan siapa-siapa di tahun 2019 kemudian menjadi terbaik dunia di 2022.
Tapi balas dendam Emi Martinez kelewatan. Sangat kelewatan.
Dari selebrasinya usai dapat sarung tangan emas dan olok-oloknya pada Mbappe memberi gambaran bahwa dia ingin menampar dunia sekeras-kerasnya. Dia ingin membuktikan bahwa banyak orang salah memandang dirinya dan Argentina.
Dia tak dipandang ketika di Arsenal. Bertahun-tahun jadi cadangan di Arsenal.
Bahkan ketika dia jadi pahlawan Arsenal di Community Shield 2020, nama Emi tak harum. Dia akhirnya pergi ke Aston Villa dan kemudian jadi kiper utama.
Emi baru main untuk Argentina di 2021 ketika usianya sudah 29 tahun. Kini, capsnya bersama Argentina baru 26 kali, lebih sedikit dari umurnya yang sudah 30 tahun.
Tapi, Emi menjulang bersama Argentina. Dalam rentang waktu satu setengah tahun Emi dapat tiga piala yakni Copa America, Finalissima, dan Piala Dunia.
Emi juga dapat dua trofi bergengsi yakni kiper terbaik Copa America 2021 dan kiper terbaik Piala Dunia 2022. Emi menjulang luar biasa.
Begitu menjulang, segala dendamnya dia keluarkan. Tapi kelewatan. Ya Emi kelewatan. Dia mengekspresikan dendamnya dengan selebrasi seronok saat dapat sarung tangan emas.
Dia juga membawa boneka kecil dengan wajah Mbappe. Kenapa Mbappe? Dugaan saya karena Mbappe memang memandang rendah timnas dari Amerika Selatan, termasuk juga Argentina.
Tapi balasan dengan membawa boneka kecil berwajah Mbappe jelas kelewatan. Saya pikir Emi puas dengan pencapaiannya. Puas dengan membelalakkan mata banyak orang bahwa dia dan Argentina adalah juara.
Bahkan, dia puas dengan selebrasinya. Bahwa selebrasinya yang provokatif itu mungkin akan berulang-ulang dia lakukan karena dendam pada banyak orang yang tak menganggapnya. Mungkin begitu.
Tapi Emi jelas kelewatan. Fichajes.net bahkan menyebut jika Aston Villa berpotensi mendepaknya. Unai Emery tak suka dengan selebrasi Emi.
Emery kabarnya minta Emi didepak. Tentu saja sangat mudah menyulut api permusuhan antara Emery dan Emi. Sebab, saat Emery melatih Arsenal, dia juga meminggirkan Emi.
Sangat mudah cerita buruk bagi Emi berulang. Dia telah balas dendam. Mungkin juga balas dendam pada Emery kala di Arsenal.
Sepertinya Emi tak akan kecewa dengan selebrasinya. Mungkin dia akan berulang-ulang melakukannya. Melakukan karena dendam tak terkira.
Tapi orang di luar juga berhak memberi penilaian. Dan banyak yang menilai Emi kelewatan. So, bisa jadi ini adalah akhir cerita Emi di dunia sepak bola hingar bingar yang sekejap telah melejitkan namanya.
Maka mengontrol balas dendam itu perlu
 Lebih cantik lagi jika tak membangun balas dendam. Mending pikir diri sendiri supaya lebih baik daripada sibuk berpikir "menyerang" orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H