Tengoklah ketika Iran dibantai Inggris. Iran bermain sangat bertahan. Sehingga mereka banyak kebobolan. Padahal, mereka memiliki kemampuan menyerang yang tak jelek.
Buktinya Iran mampu menjebol gawang Inggris melalui serangan bola bawah. Setelah menang atas Wales, saya pikir Iran akan main menyerang untuk menyegel kemenangan atas Amerika Serikat.
Tapi nyatanya, Iran malah bertahan. Mereka baru menyerang setelah kebobolan. Serangan Iran pun lebih sering melalui bola atas. Padahal, mereka memiliki keahlian menyerang bola bawah.
Cara sepak bola negatif ini terbukti tak mengubah peruntungan Iran. Mereka yang sebenarnya memiliki peluang emas lolos ke babak gugur, malah bermain bertahan.
Iran yang seharusnya bisa membuat sejarah baru di Piala Dunia 2022, malah gagal. Jadi, sampai sekarang Iran tak pernah bisa lolos dari babak grup selama kepesertaan mereka di Piala Dunia sejauh ini.
Jago Asia
Iran sampai sekarang atau setidaknya dalam 10 tahun terakhir hanya jadi jago Asia. Jago dalam hal kualifikasi Piala Dunia di zona Asia.
Iran seperti sulit tersentuh di kualifikasi Piala Dunia zona Asia. Namun, level mereka tak kunjung beranjak dari situ.
Tak ada hasil memuaskan bagi Iran di Piala Dunia. Selama Iran terus mengandalkan mula sepak bola negatif, selama itu pula mereka akan terus gagal di Piala Dunia.
Mereka hanya menyerang ketika sudah kebobolan. Tentu keputusan yang tak salah, tapi terlambat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H