Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Media Sosial Bukan Ruang Bebas Berekspresi

28 November 2022   17:29 Diperbarui: 28 November 2022   17:39 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat masih sering berteater, tempat kumpul kami memiliki tulisan "ruang bebas berekspresi". Lalu, seorang senior bilang ke aku.

"Ini adalah ruang bebas berekspresi. Ada ruangnya untuk berekspresi. Jika keluar dari ruang ini, maka istilah 'ruang bebas berekspresi' bisa tak laku lagi," kira-kira begitu kata senior.

Sederhananya, bebas berekspresi itu ada ruangnya. Ruang itu sudah jadi kesepakatan bersama para penghuninya. Kamu bebas berekspresi di ruang itu.

Ketika keluar dari ruang itu, maka bebas berekspresi masih jadi tanda tanya. Jika semua orang yang tak ber-ruang itu menyepakati bebas berekspresi, maka bebas berekspresilah.

Tapi jika semua orang yang tak ber-ruang itu beragam, maka hati-hatilah berekspresi. Bisa-bisa ekspresimu dimaknai sebagai pelecehan.

Nah, dunia maya alias internet, media sosial dan sejenisnya itu, sejatinya bukan ruang. Sebab, semua orang bisa mengaksesnya.

Aksimu di dunia maya sebagai orang Indonesia, diketahui oleh orang Amerika, Argentina, Brazil, dan sebagainya. Artinya, aksimu ditonton orang banyak yang bahkan tak memiliki kesepakatan.

Aksimu di dunia maya, bisa dilihat oleh orang yang merenung di taman di Istanbul. Aksimu di dunia maya bisa dilihat oleh orang yang sedang melamun di Accra.  

Padahal, budaya di tempatmu, mungkin beda dengan tempat lainnya. Kebiasaan di tempatmu mungkin beda di tempat lainnya.

Kata-kata biasa di komunitasmu, bisa jadi adalah kata-kata bermasalah bagi komunitas lainnya.

Dunia maya memungkinkan kita mengakses ketidaksamaan itu. Dunia maya memungkinkan kita mengakses perbedaan itu.

Jika tak hati-hati, maka hukumlah urusannya. Sebab, bisa jadi kata-kata yang wajar di komunitasmu dan kamu ekspresikan di dunia maya ternyata dimaknai pelecehan bagi komunitas lainnya.

So, jangan terjebak dengan akses luar biasa dan mengglobalnya dunia maya. Karena sejatinya, dunia maya memang bukan ruang bebas berekspresi. Dunia maya adalah bukan ruang yang membuat kita harus memilih dalam berekspresi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun