Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Bukan Hanya Anak-anak, Ginting Juga Sering Bikin Gemas

7 November 2022   06:36 Diperbarui: 7 November 2022   07:34 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anthony Sinisuka Ginting juara Hylo Open 2022. Tapi partai final Ginting, membuat gemas. Gemas yang cenderung nyaris putus asa.

Senin (7/11/2022) dini hari, bangun dan beruntung laga final bulu tangkis tunggal putra  Hylo Open 2022 antara Ginting vs Chou Tien-che  masih berlangsung. Saya melihatnya saat set ketiga berjalan.  

Sembari dengan mata sayup-sayup, saya seperti yakin Ginting menang. Istilahnya tinggal nunggu waktu saja karena Ginting unggul jauh, 11 berapa gitu, saya lupa.

Saya memaksakan menonton hanya ingin memastikan skornya saja karena penasaran. Saya makin yakin ketika Ginting unggul 20-16. Artinya tinggal satu saja, maka Ginting juara.

Tapi, yang terjadi malah mata makin membelalak. Sebab Ginting seperti mati angin. Hanya butuh satu poin saja, malah diburu Chou Tien-chen.

Sampai akhirnya kedudukan 20-20. Apa ngga nggemesin itu namanya? Di situasi seperti itu, omongan saya sudah tak keruan. Tapi saya juga harus ngomong pelan-pelan karena keluarga dan tetangga sedang nyenyak tidur.

Bayangkan saja. Gemes sama orang lain, mau ekspresif melalui kata-kata secara lantang tak bisa. Sebab, masih dinihari. Kan mirip mau apel malam Minggu tapi hujan deras. Atau ingin buang hajat tapi toilet dipakai orang.

Wah benar-benar nggemesin Ginting. Bahkan dia beberapa kali unggul setelah 20-20. Dia unggul 21-20 dan hanya butuh satu poin lagi tapi gagal. Unggul 22-21 dan tinggal satu poin lagi, gagal lagi. Di kesempatan 23-22, Ginting akhirnya menuntaskannya. Walaupun harus diawali dengan protes Chou Tien-chen.

Entah sudah berapa kali saya nonton Ginting main. Tapi memori yang terekam adalah bahwa jika Ginting main, sering ngemesin.

Misalnya, tinggal beberapa poin untuk juara, malah dikejar. Atau, sering melakukan kesalahan sendiri yang menguntungkan lawan.

Bagi saya Ginting belum konsisten. Dia belum menemukan momen di mana dirinya benar-benar sering juara dan sulit dikalahkan.

Saya masih ingat bagaimana dulu Joko Suprianto memiliki masa emas. Masa di mana dia sering juara, yakni di tahun 1993 dan 1995.

Saya juga ingat dulu ketika kisaran 1993-1994 Haryanto Arbi sangat sulit dikalahkan. Ginting sependek yang saya tahu, belum sampai seperti Joko dan Heri.

Semoga dia segera mencapai puncaknya dan stabil. Kemudian menyabet emas olimpiade. Semoga begitu. Sukses buat Ginting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun