3. Bicara dengan baik
Jika ada persoalan bicarakan dengan baik-baik. Jika tetanggamu potensial emosional, pakailah ketua RT untuk menengahi. Karena bagaimanapun ketika persoalan makin rumit, kita butuh penengah.
Ketika berbicara pun tak perlu meledak-ledak dan meneguhkan keakuan. Yang tenang saja. Karena ketenangan bisa sedikit mengerem potensi tak bagus dari setiap konflik.
4. Aktif di lingkungan
Tentu tidak aktif-aktif banget. Tapi setidaknya jika ada acara di lingkungan sekitar, muncullah. Menghargai acara, menghargai hubungan sosial.
Kalau perlu paksa datang di acara lingkungan. Sekalipun kikuk karena belum kenal, tak masalah. Lambat laun orang akan paham seperti apa kita. Asal tak jadi perusak, kita bisa diterima. Walau mungkin membutuhkan waktu lama.
5. Tarik ulur
Perlu dekat dengan tetangga. Tapi ada kalanya perlu menjaga jarak. Bicarakan saja hal yang umum, apalagi jika belum paham personal tetangga bagaimana.
Saya pernah coba dekat dan membuka diri. Tapi ternyata pada orang yang salah. Sehingga, orang itu, tetangga itu, malah tak bisa membedakan mana hal privat dan mana hal yang bisa dibicarakan atau dilakukan.
6. Dekatilah tokoh
Di lingkungan pasti ada tokoh. Tokoh bisa karena ilmunya atau usianya. Tokoh lebih berpengaruh daripada warga biasa. Tokoh juga bisa membantu kita untuk lebih diterima di masyarakat.