Kini, akar rumput Muhammadiyah dan NU sepertinya dari yang saya ketahui (setidaknya di lingkungan saya), tak lagi bergesekan kencang seperti dulu. Semoga saja makin baik harmoni di akar rumput.
Nah, di luar cerita NU dan Muhammadiyah masa lalu, apakah kini masih ada mereka yang ngompori agar pecah belah terjadi? Agar ada keuntungan ekonomi atau politis?
Jika ketegangan antardua kubu yang tak perlu, kok masih terjadi, artinya nyawa politik pecah belah zaman kolonial masih ada di masa kini. Jika tak bisa memaknai perbedaan wajar sebagai rahmat, jika masih ada gesekan kuat karena beda yang wajar dan alamiah, maka hanya satu jawaban, "Norak!".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H