Timnas Indonesia U19 sedang bertanding di ajang AFF U19. Sejauh ini sudah main tiga kali. Hasilnya, sekali menang dan dua kali seri. Terbaru, seri 0-0 melawan Thailand.
Bagi orang seperti saya, laga timnas U19 kali ini adalah fenomena komedi dan tragedi. Fenomena komedi adalah ketika orang-orang seperti saya kesulitan menikmati pertandingan.
Daerah di balik bukit dan tak ada sinyal UHF, membuat orang seperti saya sulit melihat timnas bertanding di televisi. Tetangga RW saya yang suka sepak bola pun tak pernah nonton laga U19. "Hanya lihat cuplikan saja di YouTube," katanya kemarin sore.
Kalau sudah begitu, saya pun cari streaming sana sini di dunia maya. Memang tak mudah juga dan bahkan tak pernah bisa nonton nyaman. Ada saya sempat dapat streaming, tapi gambarnya miring. Alhasil nonton bola sambil memiringkan kepala. Hehehe.
Jika lihat komentar di dunia maya, orang seperti saya juga ada. Mereka tak bisa menonton televisi dan mengandalkan streaming.
Kemarin bahkan ada yang streaming dengan memvideokan siarang langsung di TV, tapi gambar TV-nya burik. Saya ngakak sendiri lihatnya. Segitu susahnya nonton timnas.
Tragedinya, ya momen-momen parah menurutku dalam pertandingan. Sekali lagi saya tak bisa lihat pertandingan utuh. Tragedi adalah bagaimana performa Indonesia buruk.
Saat lawan Thailand, ada momen di mana pemain belakang Indonesia melakukan kesalahan fatal dua kali. Kesalahan karena ngotot membawa bola. Kesalahan dua kali itu terjadi dalam rentang satu menit.
Pemain Thailand kemudian memiliki peluang mencetak gol. Beberapa kesalahan elementer terjadi di timnas U19 kali ini. Maka di dunia maya banyak yang membandingkan timnas U19 ini dengan masa Evan Dimas, Egy, Bagus.
Banyak yang bilang timnas U19 kali ini mengkhawatirkan. Apalagi jika tim ini untuk ajang Piala Dunia U20 tahun depan. Sangat ngga banget.