Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Sudutkan Kami yang Mengadu Nasib ke Jakarta

24 Juni 2022   05:37 Diperbarui: 24 Juni 2022   05:46 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dihargai karena diberi upah yang memadai. Hanya saja, kerjanya memang siap lelah minta ampun. Setelah beberapa tahun aku di ibu kota, aku ingin pulang kampung.

Saat itu, aku cerita pada seorang teman tentang niatku pulang kampung. Cerita tentang lelah tak terkira hidup di Jakarta. Penat luar biasa. Si teman yang juga dari Jawa Tengah bilang, "Kau mau jadi apa di kampung? Tak bisa bertani pula. Mau apa?" Katanya.

Sampai akhirnya aku benar-benar pulang kampung. Aku merasa siap dengan kondisi ekonomi yang akan drop. Beberapa kesulitan pun kutemui. Termasuk periode sulit kehilangan pekerjaan. Periode itu bisa dibaca di sini.

Ada teman yang pulang kampung. Tapi dia tak kuat karena memang tak banyak uang yang didapatkan. Akhirnya dia kembali ke ibu kota.

Beberapa teman meminta pandanganku soal bagaimana hidup di kampung. Aku cuma bilang, jika ingin mengejar uang sebanyak-banyaknya, maka kau salah alamat jika meninggalkan Jakarta.

Apalagi teman yang sudah mapan di Jakarta, maka aku minta dia berpikir berulang-ulang jika ingin pulang kampung.

Jadi ketika banyak orang ke Jakarta, itu karena Jakarta memberi kesempatan. Di sanalah perputaran uang dengan jumlah wow berlangsung.

Aku hanya kembali ingin mengatakan, tak ada niat menambah sumpek atau penat Jakarta. Tapi, realitas di luar Jakarta memang sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Setidaknya itulah yang aku rasakan di masa lalu.  

Disparitas Jakarta dan daerah sejak masa Orde Baru berlangsung hingga kini. Setidaknya itu yang kutahu. Entah jika ibu kota berpindah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun