Harusnya, mereka yang kini berada di kisaran 27 tahun bisa menjadi timnas senior yang emas. Tapi, ya seperti itulah keadannya.
Selain itu, soal skuat yang sudah banyak tak masuk timnas, apa lagi yang tersisa dari cerita Evan Dimas dkk? Yang aku ingat adalah ketika mereka diminta tur nusantara.
Setiap pertandingan kabarnya mereka jadi lumbung uang. Bertanding beberapa pekan sekali. Padahal, kala itu akan bermain di Piala Asia U-19 pada tahun 2014. Strategi permainan Indonesia bisa dibaca dari tur nusantara itu. Ada yang bilang pemain diekspoitasi untuk mengeruk uang dari siaran TV.
Jika tudingan itu benar adanya, maka sangat menyedihkan. Perlahan tapi pasti tim itu mulai tenggelam. Bermula dari Piala Asia U-19 tahun 2014 ketika mereka gagal total. Ekspektasi yang tinggi kemudian jadi boomerang.
Pelan tapi pasti mereka tenggelam. Seperti cerita sebelumnya tentang banyak pemain muda yang menjanjikan di Indonesia, kemudian terbawa angin entah ke mana.
Apa Lagi yang Tersisa?
Sekali lagi, apa yang tersisa. Yang tersisa bagi saya adalah pelajaran besar. Bahwa jika memiliki pemain berkualitas, maka cepat cepat "lempar" keluar negeri. Jangan main di dalam negeri.
Main di dalam negeri tidak mengasah mentalitas secara maksimal. Tapi, main di luar negeri membuat kemampuan dan mental akan lebih maksimal. Pelan tapi pasti, cerita itu mulai terlihat ketika Egy, Witan, Asnawi, Pratama, main di luar negeri di usia yang masih muda.
Para pemain muda yang hebat itu, jangan dijadikan selebritas. Jangan terlalu dipuja. Jika pun dari puja itu kemudian menghasilkan uang, maka jangan dipuja. Kasihan karena potensinya bisa terdegradasi karena terus dipuja.
Terakhir
Terakhir, yang paling tersisa dari Evan Dimas dkk adalah kenangan. Sudah, itu saja.