"Supaya disayang ayah," jawab si anak yang masih kecil.
***
Cerita itu adalah cerita yang terjadi di ruang kelas. Tapi, kemudian bisa menjalar ke mana-mana. Ketika mendapatkan cerita itu, aku sedih. Sedih karena ternyata ada anak kecil yang bisa dengan tulus mengungkapkan keinginannya, mengungkapkan cintanya pada ayah. Tentang anak kecil yang cintanya direbut burung kesukaan ayah. Tentang ayah yang dicintai anaknya, tapi dinilai lebih suka burungnya.
Tentu saja, saya yakin si ayah ini juga cinta pada anaknya. Tapi, mungkin saja ada satu momen ketika anaknya sedang sangat butuh perhatian, si ayah malah asyik dengan burungnya. Sehingga, momen itu membekas dan menjadikan si anak bercita-cita menjadi burung.
Cerita miris ini sebenarnya kurang lengkap. Sebab, sampai saat ini aku tak pernah mendengar pengakuan burung temanku itu. Dan memang tak akan pernah mendapatkan pengakuan burung temanku itu.
Jika si burung itu bisa bicara, maka aku akan bertanya, apakah dia betah selalu di sangkar? Apakah dia, si burung itu, tak ingin memburu cintanya? Apakah dia, si  burung itu, tak ingin sekolah PAUD atau TK. Ah tak tahulah. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H