Sebutan "Kartini masa kini" tak hanya monopoli wanita Indonesia sukses secara karier dan berlimpah materi. Semua wanita Indonesia yang baik layak disebut "Kartini masa kini".
Tiap 21 April selalu diperingati sebagai Hari Kartini. Hari di mana wanita Indonesia diangkat derajadnya melalui Kartini. Derajad yang naik dan label emansipasi kemudian kental pada wanita yang sukses secara karier.
Wanita yang sukses jadi pengusaha, maka disemati "Kartini masa kini". Wanita yang sukses berpolitik hingga bisa jadi bupati, kemudian disemati "Kartini masa kini".
Label yang beranak pinak adalah bahwa wanita yang berhasillah yang sering disebut "Kartini masa kini". Sementara mereka yang bertahan di rumah dan menjaga anaknya, jauh dilabeli Kartini.
Mereka, wanita yang tak terlihat kiprahnya di politik dan pemerintahan, tak berlabel "Kartini masa kini". Wanita yang bertarung di sawah juga jarang disebut Kartini.
Yang aku khawatirkan, Kartini jadi sesosok sebagian wanita yang sukses saja. Yang aku khawatirkan, Kartini menjadi eksklusif milik wanita sukses secara karier dan materi saja.
Kalau yang sukses dan bermateri selalu disebut "Kartini masa kini", aku takut konsep itu tak terkendali dan turun temurun. Bocah wanita, akan suka memburu label "Kartini masa kini" yang eksklusif itu.
Sementara, wanita yang tak memiliki karier dan tak bermateri, tersingkirkan di kelak kemudian hari. Tersingkirkan karena konsep "Kartini masa kini" telah direduksi habis-habisan.
Kalau menurutku, siapapun  wanita masa kini yang baik, maka layak disebut "Kartini masa kini". Entah mereka di sawah dengan lumpur dan sengatan matahari. Entah mereka yang kerja di pabrik jadi buruh. Entah mereka yang hanya di rumah. Semua adalah Kartini masa kini jika mereka berbuat baik.
Wanita yang berbuat baik, akan memberi virus baik pada lingkungannya. Virus kebaikan itu akan lebih langgeng daripada virus materi. Jadi, apapun kerjanya, asal baik, maka dia adalah Kartini masa kini.