Sepekan setelah Darno meninggal, Dikun meninggal dunia. Dikun yang berumur 47 tahun meninggal setelah demam tinggi selama dua hari.
Ani sesenggukan ketika suaminya meninggal. Sebelum dimakamkan, bapak-bapak bercerita tentang perkasanya Dikun di lingkungan.
Dikun bukan hanya bapak dan suami yang hebat, tapi warga yang aktif membuat hal hal positif. Dikun menggerakkan masyarakat untuk memperbaiki lingkungan dari mulai peduli sampah sampai memperindah lingkungan.
Dikun orang yang supel. Ani berkali kali mendapatkan belasungkawa sekaligus cerita tentang kehebatan suaminya di luar rumah. Dia bangga luar biasa.
Ani bangga karena suaminya bukan hanya hero di rumah, tapi juga di luar rumah. "Suamiku jelas tak seperti suami Nina. Suamiku jelas lebih perkasa daripada Darno," gumam Ani dalam hati.
Sampai kemudian Ani masih sesenggukan ketika jenazah akan diberangkatkan ke peraduan terakhir. Lalu, seorang wanita muda datang.
Entah mengapa wanita itu langsung nempel ke Ani dan bercerita sembari berbisik.
"Pak Dikun bukan siapa-siapa bagi saya. Tapi dia memang hebat, lebih dari segalanya," kata wanita itu membuat Ani makin bangga.
"Pak Dikun telah memberi nafkah lahir dan batin padaku," kata wanita itu yang membuat tangis Ani berhenti.
"Apalagi nafkah batinnya, luar biasa. Beliau perkasa bu. Beliau berkali-kali mentransfer uang padaku, ini contoh-contohnya," kata wanita itu.
Ani menatap bukti transfer itu dan dia pingsan karena lelakinya memang perkasa di mana-mana.