Saya pernah mengalami di mana antaranggota keluarga kami berlebaran di hari yang berbeda. Ada yang duluan dan ada yang belakangan rayakan Idulfitri. Itu cerita tahun 1992 kalau tak salah.
Ceritanya, kami sekeluarga ada tujuh orang. Bapak ibu dan lima anak. Di tahun 1992 itu, informasi tak secepat saat ini. Dulu belum ada telepon genggam. Warga kampung lebih sering berkabar dengan orang yang jaraknya jauh melalui surat.
Intinya di masa itu, sangat tidak mudah untuk berkomunikasi. Seingatku kala itu puasa hari ke 29 sudah dilaksanakan. Tarawih terakhir juga sudah dilaksanakan.
Esok paginya kami bersiap untuk puasa hari terakhir. Tidurlah kami sekeluarga. Tapi pukul 01.30 dinihari, kabar datang dari Jakarta. Katanya sudah Idulfitri.
Para tokoh di kampung pun terbelah. Ada yang Idulfitri saat itu, ada yang memilih untuk menggenapkan puasa jadi 30 hari.
Warga juga terbelah saat itu. Ada yang puasa sampai 29 hari dan ada yang mau menyelesaikan 30 hari. Perlu diketahui, yang Lebaran belakangan adalah yang ikut pemerintah.
Yang Lebaran duluan, maka dinihari itu juga, langsung takbiran. Jadi mendadak takbiran di dinihari.
Keluargaku terbelah. Bapak, satu kakak, dan aku memilih Lebaran lebih dahulu. Ibu dan tiga saudara memilih Lebaran belakangan.
Pagi-pagi, kami bertiga sudah meluncur ke masjid untuk salat Id. Sementara empat anggota keluarga lainnya masih puasa. Uniknya saat itu masjid juga terbelah. Ada  takmir masjid yang Lebaran duluan dan ada yang belakangan.
Akhirnya salat Id di masjid dilaksanakan dua kali di hari yang berbeda. Tentu saja dengan jemaah dan imam yang berbeda.
Setelah perbedaan itu ada apa? Ya tak ada apa-apa. Orang kampung kami yang Lebarannya terbelah juga biasa saja. Tak sampai ada permusuhan. Keluarga kami juga baik-baik saja hingga bapak dan ibu kami berpulang.
Biasa saja ada perbedaan seperti itu. Daripada menonjolkan perbedaan, ambil persamaannya saja. Yang aku yakini, bahwa umat Islam itu punya keyakinan yang sama yakni merayakan Idulfitri pada 1 Syawal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H