Potret mudik. Foto: kompas.com/galih pradiptadi dipublikasikan kompas.com
Saya kaget ketika bertemu dengan sesama perantau. Sebab, kami memiliki mimpi dalam tidur yang sama. Saya harus menambahi frasa "dalam tidur", sebab belakangan mimpi lebih sering dimaknai sebagai cita-cita.
Begini ceritanya...
Saya menghabiskan waktu kecil di Kendal, sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Saat dewasa saya merantau, pindah dari satu daerah ke daerah lain.
Kemudian, beberapa hari lalu, saya ada di Magelang. Ada teman yang baru saya kenal di hari itu dan saya minta bantuan untuk diantar ke terminal.
Sang teman, kemudian mengantar saya dengan sepeda motor. Tapi, dia memutuskan untuk membawa saya makan siang terlebih dahulu.
Itu adalah hari pertama saya ngobrol dengannya. Saat makan asyik, kami sembari ngobrol. Aku bertanya, apakah dia asli Magelang?
Lalu, jawabannya membuat saya kaget. "Aku aslinya Kendal," katanya yang membuat aku kaget.
Akhirnya beberapa rinci tentang tempat asal, kami bicarakan. Apalagi dia ternyata satu almamater dengan saya. Bedanya bapak yang satu ini lulus jauh lebih dahulu dari saya.
Detail guru yang mengajarnya dan sempat mengajarku dibahas. Si teman terkekeh dan bilang, "dunia memang sempit".