Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Orang Sepuh yang Dominan Menonton dan Menikmati Wayang

17 Februari 2022   10:49 Diperbarui: 17 Februari 2022   10:51 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi. foto: kompas/yuniadhi agung dipublikasikan kompas.com

Saya tak mau membahas soal wayang yang sedang ramai itu. Saya hanya cerita tentang lingkungan saya pada sebuah kampung di Jawa Tengah. Lingkungan yang ketika berbicara wayang kulit, maka hanya diketahui orang yang sudah tua.

Tapi saya tak mau menggeneralisir. Artinya, kejadian di kampung saya, mungkin berbeda dengan kampung lainnya.

Jadi dalam beberapa kesempatan seperti kumpulan warga, orang-orang yang sudah di atas kepala lima, asyik ngobrol tentang wayang. Ngobrol tentang aksi dalang A, dalang B, dalang C.

Ngobrol asyik perbedaan dalang dan cerita wayang yang disajikan. Ngobrol bagaimana ada wayang Kumbakarna, Pandawa Lima, dan lainnya. Sekali lagi, mereka yang fasih dengan wayang adalah yang berusia di atas kepala lima. Mereka yang berusia di bawah 50 tahun hanya jadi pendengar.

Apakah saya yang di bawah kepala lima tak paham wayang? Saya paham, tapi tak keseluruhan. Apalagi jika basis wayang yang diceritakan adalah Mahabharata dan Ramayana, sedikit-sedikit saya paham.

Para sesepuh ini bukan hanya jadi jawara saat orbrolan wayang. Mereka juga jadi jawara saat ada pertunjukan wayang. Mereka yang sudah sepuh itu kuat melihat wayang semalam suntuk, walaupun mungkin harus diberi "jamu" terlebih dahulu agar kuat nonton sampai pagi.

Apakah saya pernah nonton wayang? Tentu pernah beberapa kali. Tapi tak pernah sampai tuntas, tak kuat mata dan badan. Apakah saat ada tontonan wayang, mereka yang muda juga menghadiri? Ya ada juga yang muda, tapi tidak banyak. Definisi muda di sini adalah di bawah kepala empat. Kalau anak umur belasan tahun masa kini aku jarang sekali melihat mereka menonton wayang.  

Selain didominasi orang tua, pertunjukan wayang juga setahu saya hanya bisa ditanggap oleh mereka yang berduit. Setahu saya (mungkin tiap daerah beda), untuk menanggap wayang, butuh duit belasan juta.

Pasar

Saya membayangkan, jika semua tempat memiliki fenomena yang sama, maka pasar dari wayang akan makin tergerus. Jika semua daerah sama yakni penonton wayang adalah mereka yang berumur sepuh, ya makin sedikit orang yang paham wayang.

Bisa ditebak dengan sendirinya, jika pangsa pasar sudah hilang, maka produksi tidak bisa diandalkan. Belum lagi jika menanggap wayang dinilai mahal. Jadi wayang adalah konsumsi orang sepuh dan yang menanggap adalah orang sepuh yang kaya.

Sebenarnya, jika kondisinya seperti ini, pemerintah bisa turun tangan. Turun tangan untuk mempertahankan wayang dari ancaman kepunahan. Yang paling sederhana bagi pemerintah adalah membuat tempat yang representatif untuk segala macam acara kesenian. Lalu, secara kontinu pemerintah menyelenggarakan acara seni tradisi, salah satunya bisa menanggap wayang sebulan sekali dan dalangnya digilir.   

Selain itu, ya bagaimana agar anak-anak dikenalkan dengan wayang. Jangan hanya dicekoki berbahasa Inggris dan matematika saja. Seolah hidup hanya bahasa Inggris dan matematika. Masih ada yang lain yang bisa dikenalkan ke anak-anak. Siapa tahu ketika anak-anak paham, mereka tertarik untuk melestarikan wayang.

Lebih-lebih jika pemerintah bisa me-live-kan acara wayang di dunia maya. Lalu, semua orang yang punya akar Indonesia, diberi tahu bahwa akan ada pertunjukan wayang via dunia maya.

Bayangkan saja jika penonton dari mancanegara membludak dengan acara live virtual itu. Apakah sudah pemerintah lakukan? Mungkin sudah, mungkin belum, aku tak paham.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun