Kurniawan Dwi Yulianto. Foto: kompas.com/suci rahayu
Ada beberapa fase timnas Indonesia yang digadang akan jadi bintang masa depan. Tapi kemudian menghilang. Ada dua timnas yang aku ingat yakni di masa Primavera dan Evan Dimas dkk.
Euforia timnas pertama kali yang sangat menggema menurutku adalah Timnas Indonesia masa Kurniawan Dwi Yulianto dkk. Saat itu beken dengan nama Primavera.
Tim ini "disekolahkan" di Italia. Mereka ikut kompetisi Primavera. Para pemain junior ini digadang akan jadi timnas masa depan. Mereka mencuri atensi publik saat Piala Asia U-19 tahun 1994.
Saya masih ingat saat itu Piala Asia masih bernama U-19 dan belum U-20. Gelaran dilaksanakan di Indonesia. ANTV yang memyiarkan langsung.
Saat itu, ANTV hanya bisa dilihat melalui parabola. Sekampung kami hanya satu orang yang punya parabola. Akhirnya para penyuka bola ngumpul di satu rumah tetangga.
Lihat Kurniawan lari kencang banyak orang kampungku terkesima. Lihat tendangan geledek Bima Sakti juga terbelalak. Singkat kata, itu menghipnotis orang kampung.
Belum lagi embel-embel main di Italia membuat nama para pemain Primavera ini seperti memiliki harga tinggi. Tapi di Piala Asia U-19 tahun 1994 itu, Indonesia hanya sampai babak grup.
Indonesia gagal ke semifinal. Sang tetangga kita, Thailand malah mampu juara tiga kala itu. Jadi Thailand memang yoi sejak dulu.
Setelah gagal di Piala Asia U-19, Indonesia main di kualifikasi Olimpiade 1996. Pada Mei 1995, Kurniawan dkk mulai laga kualifikasi Olimpiade dan satu grup dengan Korea Selatan dan Hongkong.