Setelah Cristiano Ronaldo pergi meninggalkan Juventus, Paulo Dybala pegang kendali. Dybala makin matang sebagai motor serangan Juventus. Tapi statusnya di Timnas Argentina tetap saja sebagai anak bawang.
Beberapa kali aku lihat Dybala bersama Juventus di musim ini. Kapten kedua Juventus ini makin penting dalam pusaran penyerangan. Dia menjadi sosok yang sangat berperan dalam penyerangan.
Kadang dia eksekusi sendiri untuk mengancam gawang lawan, kadang diberi ke kawannya. Salah satu andalan Dybala untuk mengancam gawang lawan adalah tendangan lengkung yang mirip dengan seniornya, Lionel Messi.
Dybala juga tetap berani membawa bola. Singkat kata, dialah nyawa penyerangan Juventus kali ini. Setelah melihat performanya yang menurutku makin dewasa, aku lihat penilaian situs statistik whoscored.
Benar saja, dia nangkring di posisi pertama pemain dengan nilai terbaik di Juventus. Hingga pekan ini, whoscored memberi rating 7,57 pada Dybala, paling tinggi dibanding pemain lain. Saat laga melawan Genoa, whoscored memberi nilai 8,7 pada Dybala, tertinggi bersama Juan Cuadrado.
Kenapa Dybala matang?Â
Setidaknya ada dua alasan menurutku. Pertama, tak ada lagi Cristiano Ronaldo. Saat ada Ronaldo, maka penyerangan Juventus bertumpu pada Ronaldo. Dia yang paling memberi warna pada penyerangan Juventus. Dybala pun tenggelam saat Ronaldo masih ada di Juventus.Â
Alasan kedua karena faktor Massimiliano Allegri. Sang pelatih sepertinya memang memberi beban dan tumpuan penyerangan pada Dybala.
Dybala diberi peran lebih oleh Allegri, mungkin karena dia sudah lama di Juventus. Dia juga berada di usia matang pesepak bola yakni 28 tahun. Sementara duo Federico yakni Chiesa dan Bernardeschi masih muda.
Maka kepergian Ronaldo dan kepercayaan Allegri adalah adalah dua hal yang klop bagi Dybala. Namun, kematangan Dybala di Juventus tak membuatnya jadi pilihan utama di Timnas Argentina.
Dybala masih jadi anak bawang di Argentina. Tentu saja karena faktor Lionel Messi. Selama Messi masih bermain, maka Dybala tak akan mendapatkan tempat.
Hal ini terjadi karena tipikal dua pemain ini sama. Sama-sama kidal, sama-sama penopang striker. Mungkin istilahnya, Dybala tumbuh di waktu yang tak tepat.
Dybala baru bisa main jika Messi absen seperti saat Argentina mengalahkan Uruguay di kualifikasi Piala Dunia 2022 bulan lalu. Bahkan Dybala menjadi aktor atas gol tunggal Angel Di Maria ke gawang Uruguay.
Jadi sepertinya Dybala akan mengalami nasib seperti Riquelme. Dulu Riquelme tumbuh ketika Argentina memiliki Juan Veron dan Pablo Aimar. Semua berubah saat Veron menua dan Jose Pekerman jadi pelatih Argentina.
Nah, mungkin Dybala akan jadi andalan ketika Messi pensiun dari Timnas Argentina. Tapi kapan Messi pensiun, sementara Dybala makin menua?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H