Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Pilu NW dan Perlunya Membuka Ruang Curhat

6 Desember 2021   03:44 Diperbarui: 6 Desember 2021   06:08 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: shutterstock dipublikasikan kompas.com

Dalam beberapa hari terakhir, kasus NW mencuat jadi perbincangan. NW adalah mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di Jawa Timur yang meninggal dunia karena bunuh diri. Dia bunuh diri ditengarai karena depresi.

Beberapa informasi yang beredar menyebut bahwa sebelum memutuskan bunuh diri dia depresi karena pernah diperkosa dan tekanan lainnya. Tapi di tulisan ini saya tak akan menulis tentang kronologi kasusnya. Sudah banyak bertebaran informasi tentang kronologi kasusnya.

Yang ingin saya tulis adalah kebutuhan manusia untuk curhat, untuk mengungkapkan perasaannya tentang masalah yang dihadapi. Di masa sekarang, potensi tekanan hidup memang makin membesar.

Tekanan makin membesar karena kehidupan saat ini lebih kompleks daripada di masa lalu. Mengapa lebih kompleks? Ya karena jumlah manusia bertambah, sumber daya alam menyusut, dan faktor lainnya.

Dari banyak usia manusia yang potensial tertekan, maka anak dalam pertumbuhan atau remaja atau muda adalah yang potensial ling lung. Artinya di masa usia seperti itu akan berhadapan dengan situasi kompleks. Di satu sisi tertekan dan di sisi lain harus menyesuaikan diri karena beranjak dewasa.

Ketika beranjak dewasa, mau menangis seperti anak kecil sudah tak pantas. Tapi di sisi lain, juga belum memiliki pengalaman memadai menghadapi tekanan.

Maka ketika potensi tekanan pada manusia, khususnya usia muda makin membesar, butuh ruang untuk mengungkapkan tekanan itu. Tentu mengungkapkan pada sosok yang tepat. Mengungkapkan pada orang yang layak dipercaya.

Bagi saya, yang punya peran dan tanggung jawab besar untuk menampung curhat itu adalah keluarga. Orangtua harus bisa lebih peka untuk mau menampung curhatan anggota keluarga.

Jangan sampai orangtua hanya jadi sosok yang mau didengarkan saja. Orangtua juga harus mau mendengarkan keluhan yang lebih muda di keluarga.

Orangtua harus mau mendengarkan keluhan sekalipun sibuk mencari nafkah. Orangtua harus menjadi sosok yang diyakini bisa dipercaya oleh anggota keluarga. Orangtua jangan sampai jadi sosok yang menyeramkan, yang membuat anggota keluarga segan untuk menumpahkan perasaan.

Lalu apa sih pentingnya menumpahkan perasaan atau berbagi cerita? Berdasar pengalaman, curhat tak selalu memunculkan solusi. Tapi sejatinya curhat adalah kebutuhan alamiah untuk menumpahkan beban yang berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun