Bapak sumringah. Dia melambaikan tangan pada para fans yang datang. Bising sekali hingga aku terbangun. Dengan mata yang belum membelalak, aku sangat terganggu dengan situasi ini. Pertandingan segera dimulai.
Di VIP ini ternyata ada MC. Bapak, seperti hendak ingin mengatakan pada MC muda ini bahwa dia adalah legenda. Bapak ingin diperkenalkan pada para penonton yang berjubel di tribun. Tapi aku tahu, bapak tak bisa mengungkapkan isi hatinya.
Sementara, anak muda ini seperti tak kenal bapak. Bapak terus melempar senyum pada orang-orang di VIP. Orang yang sebagian ada yang tua dan sebagian anak-anak muda. Aku juga agak heran, orang-orang penting di VIP tidak ada yang kenal bapak.
Atau mungkin bapak sudah tua ya? Ah tapi buktinya Pak Ali masih mengenal bapak. Tapi sudahlah. Aku mulai melihat tangan bapak ingin memberi kode. Bapak sepertinya sudah tak tahan ingin segera mendengar namanya digaungkan lautan manusia.
"MC..., Aku Arman," kata bapak agak teriak.
Si anak muda itu mendengar.
"Ya bagaimana Pak Arman. Ada yang bisa saya bantu," kata MC.
Jawaban itu membuat bapak langsung down. Benar-benar down. Bapak, topskor lima musim Star FC, membawa Star FC juara nasional empat kali, tukang gedor nomor wahid di masanya. Tidak dikenal sama sekali.
Tapi bapak mencoba tak patah arang. Dia mulai memperkenalkan diri dengan orang VIP di sampingnya. Tapi, semua tak ada yang kenal bapak.
"Pak Arman, bisa pindah ke belakang? Legenda mau datang," kata MC.
Bapak kaget tak ketulungan. Siapa legenda Star FC yang lebih hebat dari bapak. Aku tentu saja dorong bapak ke belakang. Aku dudukkan bapak.