Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dear PSG, Dulu AC Milan Pernah Gagal Saat Miliki "The Dream Team"

16 Agustus 2021   18:09 Diperbarui: 29 Agustus 2021   16:51 3773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerang AC Milan, Marco van Basten, membawa bola pada ajang final Toyota Cup kontra Olimpia, 9 Desember 2020 di Tokyo, Jepang. (Foto: AFP/TOSHIFUMI KITAMURA via kompas.com)

Dalam sejarah sepak bola Eropa, bukan hanya Paris Saint-Germain (PSG) yang bertabur bintang. Pernah ada juga Real Madrid yang dikenal Los Galacticos, dan The Dream Team AC Milan.

Menengok ke belakang, PSG perlu menjadikan AC Milan sebagai pelajaran. AC Milan yang bertabur bintang, gagal juara Liga Champions.

Kapan The Dream Team AC Milan itu? Kalau menurut saya, yang tepat disebut The Dream Team adalah AC Milan di musim 1992-1993. Pada musim panas 1992, AC Milan melakukan pembelian beberapa pemain bintang. Siapa saja mereka?

Pertama adalah Jean Pierre Papin. Papin dibeli Milan dari Marseille dengan harga 10 juta poundsterling di masa itu. Kalau 1 poundaterling saat ini setara dengan Rp 19.000 an, maka harga Papin adalah Rp 190 miliar di masa kini. 

Tapi saya pikir nilai poundsterling sekarang sudah berlipat naik dibanding tahun 90-an. Harga Papin jadi rekor pembelian termahal dunia di kala itu.

Papin adalah striker berkelas saat itu. Dia moncer bersama Marseille dan ikut membawa klub tersebut lolos ke final European Cup 1991.

Sayangnya, di final Marseille kalah adu penalti dari Red Star Belgrade atau yang saat ini dikenal juga dengan nama Crvena Zvezda. Papin dikenal karena beberapa gol akrobatiknya. Di tahun itu, Papin juga andalan Timnas Prancis.

Kedua adalah Dejan Savicevic. Savicevic dibeli dari Red Star Belgrade pada musim panas 1992. Savicevic adalah pemain nomor 10 yang membawa Red Star juara European Cup mengalahkan Marseille.

AC Milan merogoh duit 9,4 juta poundsterling untuk menggaet Savicevic. Nilai itu tentu sangat besar. Mau tahu berapa rupiah? Ya hitung sendiri saja, bisa dibandingkan dengan harga Papin.

Ketiga adalah Gianluigi Lentini. Dia adalah pemain sayap asal Torino. Lentini dibeli AC Milan pada 1992 dari Torino dengan harga 13 juta poundsterling. Dia langsung memecahkan rekor pemain termahal dunia yang beberapa hari sebelumnya dipegang Papin.

Selain nama itu, Milan sudah punya Zvonimir Boban dari Kroasia. Milan juga punya trio Belanda Ruud Gullit, Frank Rijkaard, dan Marco van Basten. 

Milan juga memiliki pemain hebat asli Italia seperti Paolo Maldini, Franco Baresi, Alessandro Costacurta, Demetrio Albertini, Roberto Donadoni, Danielle Massaro.

AC Milan sungguh jor -joran mengeluarkan uang di masa kepemimpinan Silvio Berlusconi tersebut. Lalu bagaimana hasilnya? AC Milan berhasil menjadi juara Liga Italia.

Namun, menjadi juara Liga Italia bukan hal yang istimewa dengan skuat itu. Tentunya targetnya adalah Liga Champions. Lalu bagaimana hasilnya?

AC Milan mampu lolos sampai final. Sayangnya, AC Milan kalah dari Marseille 0-1. Gol tunggal Marseille dibuat Basile Boli menit 43. Marseille kala itu diperkuat bintang "muda" yang kemudian jadi legenda seperti Marcel Desailly dan Didier Deschamps. 

Diketahui, musim 1992-1993 adalah format baru European Cup yang "berubah" nama jadi Liga Champions. Selain gagal di Liga Champions, Milan juga gagal di Coppa Italia. Mereka hanya sampai semifinal.

Milan baru bisa menjadi penguasa Eropa pada musim selanjutnya. Pada musim 1993-1994 Milan juara Liga Champions setelah membantai Barcelona 4-0.

Namun di musim 1993-1994, beberapa bintang sudah "hilang". Gullit memilih ke Sampdoria, Rijkaard ke Ajax, Basten dan Papin cedera. Lentini setelah mengalami kecelakaan, performanya menurun.

Jadi, Milan menguasai Eropa ketika tak lagi menjadi The Dream Team. Diketahui pada musim 1992-1993 dan 1993-1994, Milan dilatih Fabio Capello.

Nah, cerita AC Milan di musim 1992-1993 mirip dengan PSG saat ini yang bertabur bintang. Maka, bukan jaminan bahwa PSG akan juara Liga Champions. Kita tunggu saja kiprah PSG musim ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun