Timnas Kosta Rika di tahun 2017. Kosta Rika menjadi salah satu peserta Concacaf Gold Cup 2021. Foto: AFP/EZEQUIEL BECERRA dipublikasikan kompas.com
Saat ini sedang ada ajang sepak bola Concacaf Gold Cup 2021. Ajang tersebut dilaksanakan di Amerika Serikat, negara dengan total kasus Covid-19 terbanyak dan negara dengan kasus aktif Covid-19 terbanyak.
Total kasus Covid-19 di Amerika adalah 34 juta. Itu adalah jumlah total dari awal Covid-19. Di sisi lain, saat ini ada 4 juta kasus aktif Covid-19 di Amerika Serikat. Data ini saya lihat di worldometer.
Sekilas saya melihat beberapa laga Concacaf Gold Cup. Ternyata pertandingannya menyedot ribuan penonton. Laga Trinidad dan Tobago vs El Salvador ditonton 5 ribu orang secara langsung. Itu jumlah yang terhitung sedikit.
Laga tim besar seperti Meksiko menyedot penonton jauh lebih banyak. Saat Meksiko mengalahkan Guatemala 3-0, ada 15 ribuan penonton yang hadir langsung ke tribun stadion.
Laga Amerika Serikat yang mengalahkan Kanada 1-0 ditonton 18 ribu penonton. Dari yang saya lihat, banyak dari mereka tak memakai masker. Jaga jarak jelas tak terlihat sama sekali.
Saat laga seru Meksiko melawan El Salvador, meriahnya tak ketulungan. Penonton sebegitu sesak memadati tribun stadion. Kadang jika melihat seperti itu, mirip masa normal.
Padahal sekali lagi, ajang itu dilaksanakan di Amerika Serikat yang kasus aktifnya paling banyak di dunia. Sebagai orang awam tentu saya tak paham cerita di balik kerumunan itu.
Apakah mereka sudah dipastikan negatif Covid-19 sehingga bisa menggoyang stadion sebegitu rupa. Atau vaksin mereka sudah pasti menguatkan tubuh. Atau malah pandangan mereka sama saja dengan sebagian warga Indonesia, yakni tak menganggap Covid-19.
Sebetulnya menarik melihat fenomena kerumunan sepak bola, termasuk Euro baru lalu. Kalau Copa America saya lihat tak ada penonton, kecuali final dan itu pun tak seberapa. Menarik dalam artian bisa ditelaah lebih lanjut.
Ada cerita bagaimana sehingga kerumunan bisa begitu merajalela. Cerita itu dipelajari dan bisa jadi modal berharga bagi negara lain.
Modal apa? Ya kalau ternyata di balik kerumunan itu sudah melakukan protokol ketat dan segala kepositifan, bisa jadi masukan penting. Di lain pihak, jika kerumunan itu adalah bentuk abai saja, ya jadi masukan penting juga bahwa hal itu tak bisa ditiru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H