Jika kau tanya padaku, apa yang dilakukan Markis Kido padaku? Jawabnya hanya satu, dia mampu membahagiakanku waktu itu. Mereka yang membekaskan nama Indonesia di dada, juga dibuat bahagia oleh Markis Kido pada 2008. Kini, pahlawan itu sudah berpulang. Selamat jalan.
Bagiku, pahlawan bukan hanya soal apa yang telah dia temukan, juga bukan hanya apa yang telah dia lakukan agar umat manusia sejahtera. Pahlawan, karena kompleksitas dunia, itu juga terkait dengan kebahagiaan.
Bagiku membahagiakan itu sesuatu yang membahagiakan. Jika ada orang yang membahagiakanmu, maka kau pun akan memiliki kesan baik pada orang itu.
Aku tak paham detail siapa Markis Kido. Tak tahu juga siapa orangtuanya dan bagaimana dirinya. Tapi semua sematan pribadi itu tersingkirkan dan tak aku pikirkan karena dia mampu membahagiakanku pada 2008 itu.
Dari lama sekali, aku selalu bahagia jika ada orang yang mampu berprestasi dan atas nama negara. Salah satu yang sering membuatku bahagia adalah bulutangkis.
Aku bahagia ketika Indonesia dua kali mengawinkan Piala Thomas dan Uber 1994 dan 1996. Aku bahagia ketika pebulutangkis Indonesia juara di ajang bergengsi, seperti Olimpiade.
Aku masih ingat, bagaimana rasa bahagia ketika Indonesia mendapatkan dua medali emas untuk kali pertama di Olimpiade 1992. Medali emas disabet oleh Susy Susanti dan Alan Budikusuma.
Sebenarnya aku sangat berharap Indonesia dapat tiga emas. Sayang Eddy Hartono dan Rudy Gunawan kalah di final ganda putra dari Park Joo-bong-Kim Moon-soo.
Bulutangkis kemudian berulangkali dapat emas di Olimpiade, kecuali pada 2012. Setiap ada yang dapat medali, aku bahagia luar biasa. Setidaknya aku tidak murung karena Indonesia dapat emas.
Salah satu yang pernah membahagiakanku itu ya Markis Kido bersama Hendra Setiawan. Pasangan ganda putra itu mendapatkan medali emas Olimpiade 2008. Mereka mengharumkan Indonesia di olimpiade.