Beberapa hari lalu heboh berita babi ngepet di Depok, Jawa Barat. Ternyata, cerita babi ngepet itu hanya rekaan belaka. Padahal, berita sudah menyebar ke mana-mana.
Ceritanya di Sawangan, Depok ada kabar babi ngepet. Si babi ini dituding sebagai penyebab hilangnya uang warga. Si babi yang terlihat tak paham apa-apa itu ditangkap. Konon si penangkap babi harus telanjang.
Ramai kabar itu, sampai menggegerkan dunia perbabian. Tapi ternyata, kisah babi itu rekaan belaka. Lelaki berinisial AI ternyata yang jadi sutradaranya.
Jadi si AI ini mengondisikan beberapa orang untuk cerita babi ngepet. Selain mengondisikan beberapa warga, AI juga mengondisikan si babi. Langkah ini dilakukan AI agar ribut-ribut uang warga hilang tuntas. Caranya dengan mengkambinghitamkan babi.
Sebenarnya niatnya AI tak buruk-buruk amat. Yakni menenangkan warga soal kasus uang hilang. Tapi masalahnya, dia mencoba menyelesaikan masalah dengan membuat masalah baru, yakni kebohongan.
Selain berbohong, dia juga mencari kambing hitam dalam kasus hilangnya duit warga. Kambing hitamnya ternyata babi. AI tidak belajar dari sloga Pegadaian yang menyelesaikan masalah tanpa masalah.
Kini, masalah bagi AI bertambah karena dia berhadapan dengan kepolisian. AI jelas terancam kasus kebohongan dan bisa kena pidana.
Isu babi ngepet ini bisa jadi pelajaran. Yakni menyadarkan kita untuk lebih baik dalam merespons kejadian. Jangan asal main tuduh saja dan memunculkan kambing hitam.
Kalau ada masalah diselesaikan secara baik-baik. Apalagi masalah kemasyarakatan. Ada banyak kepala yang bisa memberi sumbang saran penyelesaian.
Gegabah menuding pihak lain dalam kasus tertentu juga bukti malasnya berpikir. Jadi jangan sedikit-sedikit babi ngepet, sedikit-sedikit babi ngepet. Kasihan babinya. Ngga tahu apa-apa malah dituding.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H