Reshuffle belum diresmikan oleh Presiden Jokowi. Namun, dari berita yang saya baca, tak ada perubahan komposisi kabinet yang mencengangkan.
Hanya penegasan saja bahwa Nadiem Makarim menjadi Mendikbud-Ristek. Sementara Bahlil Lahadalia sebagai Menteri Investasi. Dua sosok itu sudah ada di kabinet sejak 2019 lalu. Jadi tak ada yang baru.
Awalnya, reshuffle kali ini memunculkan isu masuknya PAN ke kabinet. Isu itu cukup kencang. Ada beberapa alasan yang menguatkan PAN masuk kabinet. Pertama, PAN setahu saya termasuk parpol di luar pemerintahan yang terkesan mendukung pemerintah.
Sepemahaman saya, gerakan PAN tidak segencar Partai Demokrat dan PKS dalam mengkritisi pemerintah. Lalu, saat ini tak ada lagi Amien Rais di PAN. Seperti diketahui, Amien akan segera mendeklarasikan partai barunya.
Amien selama ini berseberangan dengan pemerintahan Jokowi. Maka, ketika Amien tak lagi ada di PAN, potensi PAN merapat ke Jokowi makin besar.
Ketiga, beberapa petinggi PAN yang saya ketahui mengungkapkan tak pernah menolak jika masuk kabinet. Artinya, PAN memang tidak keberatan untuk masuk ke pemerintahan.
Nah, jika melihat berita belakangan ini, PAN sepertinya tak akan masuk kabinet. Nah pertanyaannya apakah ini hanya sementara atau sampai periode kedua Jokowi, PAN tak masuk kabinet.
Jika melihat geliat PAN dan tak adanya resistensi di pemerintah, maka peluang PAN masuk ke pemerintahan cukup terbuka. Apalagi jika komunikasi intensif terus dilakukan petinggi PAN pada pemerintah.
Namun, ada juga kemungkinan PAN tetap di luar kabinet. Hal itu bisa saja terjadi jika elemen pemerintahan Jokowi ingat gerak PAN di pemerintahan yang lalu.
Saat itu, PAN masuk kabinet dan mendapatkan kursi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Namun  jelang Pemilu 2019, PAN membelot ke kubu lawan Jokowi.
Cara politik PAN itulah yang bisa juga berulang. Dikhawatirkan ketika mendapatkan kursi, PAN bisa membelot jelang pemilu.