Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bung Valent, Mengambil Panggung, dan Duit

16 April 2021   13:26 Diperbarui: 16 April 2021   14:04 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup itu tentang panggung. Ada yang bermain, ada yang mengiringi, ada yang menengahi, ada yang mencaci, ada yang menonton, dan banyak lagi. Panggung itu soal peran.

Jika kau diminta jadi pemain, ya jadilah pemain yang bagus. Jika kau jadi penengah, ya jadilah penengah yang bagus. Jika kau jadi penonton, ya jadilah penonton yang bagus.

Maka, seperti hidup, bagi saya gelaran sepak bola adalah panggung. Ada yang bermain, ada yang menengahi, ada yang membiayai, ada penonton, ada komentator atau host.

Dari dulu ya seperti itu. Belum lama ini riuh soal Bung Valent, yang pembawa acara bola di TV itu. Sepengetahuan saya, mereka yang tak suka dengan gaya Bung Valent yang dinilai lebay itu mengambil sikap. Sikap itu adalah gerakan mute massal.

Sederhananya gerakan agar volume di TV dimatikan. Kalau volume dimatikan, tentu tak ada lagi suara Bung Valent. Tapi, aku melihat ada juga yang tetap mendukung Bung Valent. Salah satu buktinya, Bung Valent masih dipakai.

Lalu apa hubungannya dengan panggung? Menurutku pembawa acara atau komentator adalah pengiring sepak bola. Panggung mereka adalah pengiring sepak bola.

Wajib atau tidak pengiring dalam sepak bola itu? Ya tidak wajib karena tanpa komentator, sepak bola tetap bisa berjalan. Walau memang ada juga yang menilai tanpa komentator, sepak bola hambar.

Nah karena pengiring, ya mengiringi saja. Pengiring bukan aktor utama. Tapi saya melihat, Bung Valent telah mengambil panggung. Dia tak lagi sebagai pengiring, tapi jadi pusat sorotan, jadi aktor.

Mau bukti? Aku sendiri mengetahui pada 2013 lalu ketika Timnas Indonesia U-19 juara AFF mengalahkan Vietnam di final via adu penalti. Saat itu Bung Valent pembawa acaranya. Bung Valent jadi pembicaraan karena kata "jebret". Dia jadi aktor waktu itu.

Ketenarannya 11 12 dengan Evan Dimas dkk. Padahal, pemainnya adalah Evan Dimas dkk. Sadar atau tidak, Bung Valent telah mengambil panggung itu.

Bahkan, orang kadang menunggu apa lagi kata lebay yang akan diucapkan Bung Valent daripada siapa yang akan mencetak gol. Saya ingat tentang frasa "kelok sembilan" saat Bung Valent mengomentari Egy Maulana.  Ungkapan Bung Valent telah mencuri perhatian untuk diperbincangkan.

Bung Valent telah mengambil panggung itu. Aku tak pernah mau menyalahkan atau membenarkan. Tapi yang pasti, di masa kini panggung kehidupan itu ditentukan oleh uang. Tak masalah kau mengambil panggung kalau itu tak melanggar hukum dan menghasilkan uang.

Tak masalah substansinya tertinggal asal ada uang yang didapatkan. Tak masalah kau memampang foto bintang seksi untuk jualan produk biasamu. Bintang seksi itu akan menarik uang, lebih menarik uang daripada produk yang kau jual.

Ya begitulah. Saya pikir dalam perputaran dunia ini, bukan hanya Bung Valent yang mengambil panggung. Orang yang tak paham apa-apa kemudian bicara seenaknya dan mengumpat, itu juga bentuk pengambilan panggung.

Kalau uang yang dicari, maka panggung pun bisa "dimanipulasi".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun