Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Tak Boleh Memaksa atau Cinta Harus Diperjuangkan?

11 April 2021   19:21 Diperbarui: 11 April 2021   19:35 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: teraphim dipublikasikan kompas.com

Harun, lelaki yang sangat mencinta Sinta. Harun, yang nyaris berusia 40 tahun itu terus memburu rindunya, memburu hasrat dan cintanya yang bernama Sinta.

Sinta, adalah wanita 25 tahun yang sedang anggun-anggunnya. Harun memupuk cintanya karena setahunya, tak ada yang suka Sinta. Sinta memang tak terlalu cantik, tapi supel.

Harun yang agak pemalu itu terus memburu wanita impiannya.

"Bolehkah nanti malam aku bertandang," kata Harun dengan style khas memasukkan kedua tangan di saku celana. Harun memang begitu. Dia bingung harus bagaimana dengan tangannya saat bicara dengan Sinta.

"Ngga kang, aku ada acara," kata Sinta menolak sembari tersenyum.

"Pulang dulu ya kang," kata Sinta pulang dari warung Bu Darkem. Pernyataan Sinta yang ramah dimaknai Harus sebagai tanda lain dari penolakannya.

"Ah Sinta. Makin hari makin membuatku tak bisa tidur," kata Harun lirih.

***
Setahun perburuan Harun bertepuk sebelah tangan. Sementara, usianya terus bertambah.

"Apa susahnya bilang 'ya', dek Sinta. Ya untuk menikah denganku. Aku mencintaimu," kata Harun.

"Tapi cinta tak boleh memaksa kang," kata Sinta dengan senyum ramahnya. Senyum ramah yang tak segaris lurus dengan cinta. Senyum bukan berarti suka.

Untuk kesekian kalinya, hati Harun patah berkeping-keping. Tapi dia tak akan mundur. Baginya, cinta harus diperjuangkan. Penolakan adalah awal untuk kembali membangun tembakan baru.

***
"Lama-lama kamu menjijikkan kang," kata Sinta dengan senyuman.

Pernyataan yang benar-benar memukul telak Harun. Tapi dia juga tak lagi punya hasrat selain dengan Sinta. Jika tak mendapatkan Sinta, dia rela tak beristri.

Harun terus memburu cintanya. Selain itu, usia makin lama makin menggerogotinya.

***
Sinta memburu Syarif, lelaki tampan nan pandai dari desa seberang. Dia terus mendekati Syarif. Segala cara dia lakukan agar bisa mendapatkan Syarif.

Bahkan Sinta tak segan memaksa Syarif. Sinta pernah memaksa Syarif tidur di rumahnya. Harapannya hal yang tak diinginkan terjadi. Tapi, hasrat Sinta tak pernah kesampaian.

Syarif sangat menjaga marwahnya. Sinta tahu jika Syarif tak menyukainya. Tapi Sinta yakin, hati bisa berubah. Dia pernah mengaku hamil dan itu adalah perbuatan Syarif.

Tapi borok Sinta ketahuan juga. Sinta mulai kebingungan bagaimana menggaet Syarif.

"Cinta harus diperjuangkan, kang," kata Sinta sesenggukan padaku.

"Apakah cinta memang harus memaksa?" Tanyaku yang membuat Sinta terdiam.

***
Syarif sudah dua tahun memburu Ani, wanita anggun dan cantik. Perburuan Syarif belum menemui hasil. Ani yang pendiam itu memendam rasa pada Harun. Sementara, Harun lebih getol memburu Sinta.

Ya, kadang cinta itu bukan soal memaksa atau berjuang, tapi soal obat nyamuk yang memutar dan bisa melenyapkan diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun