Dalam sebulan, empat kampung di daerahku telah membuat 16 lagu. Wah, kampung jadi ramai. Antar kampung di tempatku saling menukar lagu. Gurih lah pokoknya.
Aku dan teman teman langsung minta desa untuk bergerak mematenkan dan mendaftarkan lagu kami ke pemerintah. Jangan sampai lagu kami diklaim dan yang dapat royalti malah mereka.
Dan benar saja, sedang dalam proses pendaftaran, lagu yang dinyanyikan Santi diklaim oleh seorang penyanyi. Diklaim bahwa itu ciptaannya dan sudah tersebar di dunia maya.
"Ini lagu ciptaan saya. Bagi yang mau bernyanyi harus membayar royalti ke saya. Membuat lagu itu membutuhkan tenaga luar biasa," kata si penyanyi itu.
Orang-orang di kampungku mendidih darahnya. Kerja keras langsung diklaim orang. Warman langsung meminta agar desa cepat mendaftarkan semua lagu anak kampung.
"Setelah itu, siapa yang menyanyi lagu kampung ini, harus bayar royalti," kata Warman berapi-api. Aku hanya geleng-geleng kepala. Aku jadi ingat pernyataan tokoh dunia, cuma aku lupa namanya, yakni "jika sudah menyangkut uang, semua orang agamanya sama".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H